Bunuh Diri, Pembunuhan, atau Kecelakaan? Apa yang Sebenarnya Terjadi Pada Keluarga Chundawat (Burari Death)?
Pagi itu Rajeev Tomar mendapat panggilan darurat. Ada laporan penemuan mayat di sebuah rumah berlantai tiga di kawasan Burari. Pria itu bergegas ke tempat kejadian, mengira kalau itu hanyalah kasus penemuan mayat biasa. Sampai ia menyaksikan pemandangan di depan matanya. Pria itu terperanjat kaget tak bisa berkata-kata. Begitu terkejutnya sampai ia hanya bisa mematung beberapa saat sambil menatap apa yang ada di hadapannya. Tak pernah ia menemukan kasus semacam ini selama 17 tahun karirnya di kepolisian...
Keluarga Chundawat adalah keluarga kelas menengah yang tinggal di kawasan Chundawat, Delhi, India. Keluarga ini menjalani kehidupan normal sama seperti kebanyakan warga di sana. Menjalankan bisnis toko kelontong dan juga kayu, keluarga ini dikenal ramah dan baik oleh para tetangga. Tidak ada yang menyangka kalau 3 generasi sekaligus dari keluarga ini akan meninggal dengan cara yang tragis sekaligus misterius.
Keluarga Chundawat (dikenal juga dengan keluarga Bhatia) adalah keluarga yang cukup disegani di lingkungan tempat tinggal mereka. Keluarga ini sebenarnya berasal dari Rajasthan. Mereka tinggal di Tohana, Haryana, selama lebih dari satu dekade sebelum akhirnya pindah ke Delhi pada tahun 1989-1990.
Bhopal dan istrinya, Narayani Devi memiliki lima anak yaitu Pratibha, Bhavnesh, Lalit, Dinesh, dan Sujata. Sang kepala keluarga, Bhopal Singh bisa dibilang merupakan pria yang cukup mapan secara finansial. Ia memiliki lahan pertanian yang luas dan juga peternakan.
Pada akhir tahun 80an, Bhopal menjual lahannya dan membeli sebidang tanah di Burari, di mana dia kemudian tinggal bersama istri dan putra bungsunya, Lalit. Sementara anak-anaknya yang lain tinggal di kota yang berbeda.
Bhopal Singh yang akrab dipanggil "Ayah" oleh semua orang adalah pria yang berwibawa dan dihormati. Bhopal dan istrinya dikenal sebagai tetangga yang sangat baik.
Seorang tetangga yang merupakan pensiunan yang tinggal di seberang rumah keluarga Chundawat mengenang saat rumahnya dibangun tahun 1991, kedua suami istri itu bahkan memberi air dan teh secara cuma-cuma kepada para pekerja. Mereka juga membantu merawat putra mereka yang masih balita dan kerap memberikan makanan kepada para tetangga.
Pada tahun 1993, salah seorang putra Bhopal, Bhuvnesh dan istrinya Savita serta putri mereka Neetu datang ke Delhi dari Rajasthan. Kedatangan mereka tak lain adalah permintaan dari Bhopal sendiri yang meminta putra keduanya itu untuk pulang.
Beberapa tahun kemudian sekitar pertengahan 1990-an putri Bhopal Singh, Pratibha dan putrinya Priyanka juga datang untuk tinggal bersama. Mantan suami Pratibha yang sudah meninggal adalah pecandu alkohol dan keluarga suaminya tidak memperlakukannya dengan baik. Semenjak itu Bhopal Singh dan istrinya tinggal bersama ketiga anak dan cucu-cucu mereka.
Anak Bhopal Singh lainnya yaitu Dinesh Singh Chundawat yang merupakan kontraktor bangunan. Dinesh, istri, dan anak-anaknya tinggal di Kota, Rajashtan. Sementara itu anak perempuan lainnya yaitu Sujata tinggal bersama suami dan anak-anaknya di Panipat, Haryana.
Lalit (45) adalah orang yang memiliki karakter yang agak kompleks. Pria yang biasa disapa kaka (paman) ini adalah orang yang lucu, namun terkadang ia pendiam. Meskipun begitu, Lalit dikenal bertanggung jawab dan juga berwibawa seperti ayahnya.
Pada pertengahan tahun 1990-an, Lalit mulai bekerja di sebuah toko kayu di Shahdara dan sekitar 10 tahun kemudian, ia akhirnya berhasil membuka tokonya sendiri di Burari. Pada Februari 2002 ia menikah dengan Tina. Tiga tahun kemudian putra mereka Shivam lahir.
Di antara tahun itu atau tepatnya pada 2004 terjadi sebuah insiden yang mengguncang kehidupan Lalit. Pria itu mengalami kecelakaan kerja. Seseorang mendorongnya di antara tumpukan kayu. Lalit maupun keluarga tahu siapa pelakunya tetapi masalah ini telah diselesaikan secara kekeluargaan. Namun akibat peristiwa tersebut, Lalit kehilangan suaranya.
Namun yang paling mengguncang diri Lalit secara pribadi adalah kematian ayahnya, Bhopal Singh pada Februari 2007. Bhopal meninggal karena penyakit pernafasan. Setelah kematian ayahnya itulah, Lalit banyak berubah.
Baca juga: Kisah Bunuh Diri Evelyn McHale
Selama 10 hari setelah kematian Bhopal, seorang pendeta dipanggil untuk memanjatkan paath (doa) Garuda Purana. Selama masa berdoa 10 hari itulah, suara Lalit tiba-tiba kembali.
Naresh Yadav, tetangga dan juga pelanggan di toko Lalit mengingat percakapan dengannya tahun 2008. Dia bertanya bagaimana Lalit bisa mendapatkan kembali suaranya, dan Lalit mengatakan kalau ayahnya datang ke mimpinya dan memintanya untuk melakukan pemujaan.
Tetangganya itu mengatakan kalau setiap malam sekitar jam 9 malam, keluarga itu akan duduk bersama dan berdoa selama 15-30 menit. Selama melakukan doa itu Lalit biasanya duduk di depan memimpin ritual.
Setelah kematian ayahnya, Lalit menjadi sangat tertutup. Suatu hari dia memberi tahu keluarganya bahwa dia dirasuki arwah ayahnya, yang menasehatinya tentang cara untuk mencapai kehidupan yang baik. Sejak tahun 2007 itu pulalah, Lalit kemudian membuat buku yang berisi "petunjuk" yang disebut berasal dari arwah ayahnya.
Menurut Lalit, ayahnya jugalah yang menginstruksikan apa saja yang harus dilakukan. Perintah-perintah itu semuanya telah dituliskan dalam buku harian tersebut. Perintah itu harus diikuti oleh semua anggota keluarga. Buku itu bahkan memuat petunjuk berisikan rutinitas sehari-hari anggota keluarga termasuk kebiasaan makan mereka sampai kegiatan lainnya. Jadi semua kegiatan sudah diatur dalam buku harian yang diinstruksikan oleh arwah Bhopal Singh.
Sementara itu, putra sulung Narayan Devi dan Bhopal, Bhavnesh (50) sebenarnya adalah sosok yang ramah dan jauh lebih komunikatif jika dibandingkan dengan Lalit. Dia biasa menyapa orang dan mengobrol. Putri Bhavnesh, Neetu (25) merupakan gadis yang percaya diri dan ceria dan tengah mengejar gelar sarjana dan magister bidang perdagangan di Lovely Professional University.
Adik Neetu, Maneka atau yang biasa juga disapa Monu (23) adalah sosok yang pendiam. Wanita muda ini telah menyelesaikan studinya di Universitas Delhi dan ingin mengejar gelar master dalam ilmu forensik.
Lalu dua menantu perempuan di keluarga tersebut yaitu Savita (48), istri Bhuvnesh dan Tina (42), istri Lalit adalah ibu rumah tangga biasa. Mereka bangun pagi, memasak, dan merawat anak-anak dan orang tua dan berperilaku baik kepada semua orang.
Kemudian satu-satunya anak perempuan Bhopal dan Narayan, Pratibha (57) adalah seorang guru les. Biasanya ia akan mengajar di rumah pada malam hari. Priyanka (33) juga biasa mengajar selama hari liburnya di akhir pekan. Priyanka sendiri adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan. Meskipun memiliki kepribadian yang ramah, Priyanka hanya memiliki 2-3 teman akrab. Bahkan saat ia bertunangan tidak ada seorang pun temannya yang diundang.
Cucu keluarga ini yaitu Shivam (15), putra Lalit dan Dhruv (15), putra Bhavnesh juga adalah siswa yang cerdas dan selalu mendapat nilai bagus di sekolah. Kebetulan keduanya berada di kelas yang sama di sekolah umum Virendra. Mereka dikenal sebagai siswa yang cerdas dan juga sangat aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dan hampir tidak pernah bolos sekolah.
Shivam dan Dhruv menyukai sepeda motor dan mobil, yang tidak dimiliki keluarga tersebut. Kata teman mereka, keduanya tidak diizinkan memiliki ponsel dan akses ke laptop sangat terbatas. Mereka hanya dapat menggunakannya saat berada di rumah dan itu pun harus dibawah pengawasan orang yang lebih dewasa.
Keluarga Chundawat |
Pada pagi hari tanggal 1 Juli 2018 sekitar pukul 07.15, seorang tetangga bernama Gurcharan Singh merasa heran karena rumah keluarga Chundawat masih tertutup. Gurcharan juga biasanya olahraga pagi bersama dengan Lalit. Tapi hari sudah menjelang siang, pria tersebut tidak juga menampakkan diri. Tidak hanya itu saja, toko kelontong mereka yang biasanya sudah buka sekitar pukul 5 pagi masih tertutup. Suasana rumah juga sepi.
Gurcharan Singh yang menemukan pintu rumah terbuka akhirnya memberanikan diri untuk masuk dan ia menemukan sepuluh orang anggota keluarga itu, termasuk Lalit, sudah tewas tergantung. Dia kemudian memberitahukan tetangga lainnya dan menelepon polisi.
Rajeev Tomar adalah polisi pertama yang memasuki rumah Burari. Dia adalah petugas yang tiba di rumah itu pada pukul 07.18 beberapa menit setelah panggilan PCR (Police Control Room).
"Dalam karir saya selama 17 tahun sejauh ini, saya belum pernah melihat tempat kejadian perkara seperti ini," ujar Rajeev.
"Itu sangat mengejutkan. Aku hanya diam selama 10-15 detik sebelum bergegas turun untuk memanggil seniorku. Saat itu aku tidak melihat tangan siapa yang diikat dan mata siapa yang ditutup. Aku hanya melihat banyak mayat bergelantungan seperti dahan pohon."
Sepuluh dari 11 orang, 2 pria, enam wanita, dan 2 remaja, ditemukan tergantung dengan posisi melingkar di jaring langit-langit sebuah ruangan dalam rumah. Seorang wanita yaitu Pratibha tergantung agak jauh.
Mata mereka semua ditutup dengan kain, telinga disumbat kapas, dan mulut dilakban. Beberapa mayat juga diikat tangan dan kakinya. Ditemukan lima bangku, mungkin digunakan bersama oleh 10 anggota tersebut. Wajah mereka ditutupi dengan potongan kain yang dipotong dari satu sprei.
Narayani Devi, sang nenek adalah satu-satunya yang ditemukan tidak dalam keadaan tergantung. Ia ditemukan tewas di kamar lain. Tampaknya wanita tua itu telah dicekik hingga tewas.
Baca juga: Tragedi Bunuh Diri Massal Sekte Heaven's Gate
Tommy, anjing peliharaan keluarga, adalah satu-satunya yang selamat di rumah itu. Dia dirantai di teras, menderita demam tinggi ketika polisi menemukannya. Tidak jelas siapa yang telah mengikatnya. Anjing itu segera dibawa Noida's House of Stray Animals.
Dari dalam rumah polisi juga menemukan buku harian yang didikte oleh Lalit yang berisi perintah untuk melakukan ritual badh tapasya (pemujaan pohon beringin).
Polisi awalnya menyatakan kalau kasus ini adalah kasus pembunuhan, meskipun mereka percaya keadaan di sekitar kematian menunjukkan bunuh diri massal.
Tapi bila diperhatikan agak janggal bila ini adalah bunuh diri. bagaimana mungkin anggota keluarga yang masih usia remaja dan dewasa awal seperti Shivam dan Dhruv dan juga Monu dan Neetu setuju untuk mengikatkan tali di leher mereka dan percaya bahwa mereka akan selamat dari ritual tersebut. Polisi juga menyelidiki kemungkinan pembunuhan dengan motif selain okultisme.
Sementara itu, pada buku harian yang ditemukan terlihat bahwa catatan di dalamnya sudah ditulis selama 11 tahun (kebetulan cocok dengan jumlah korban).
Komisaris Gabungan Polisi Alok Kumar menyatakan: "Kami telah menemukan catatan tulisan tangan yang merinci bagaimana tangan dan kaki diikat dan sangat mirip dengan cara di mana mayat 10 orang ditemukan. Catatan-catatan itu lengkap dan kami sedang mempelajarinya".
Rincian/petunjuk yang diberikan dalam buku harian itu sesuai dengan bagaimana mayat-mayat itu ditemukan dengan wajah tertutup, mulut dilakban, dan kapas yang disumpal di telinga.
Buku harian itu juga menyebutkan: "Setiap orang akan diikat tangan mereka sendiri dan ketika kriya (ritual) selesai maka semua orang akan saling membantu melepaskan tangan mereka". Kata-kata tersebut seolah-olah menunjukkan bahwa mereka sama sekali tidak berniat bunuh diri.
Bahkan dalam buku tersebut dikatakan bahwa setelah ritual selesai, "setiap orang akan saling membantu melepaskan ikatan tangan mereka". Hal ini memperkuat dugaan kalau sebenarnya tujuan mereka bukanlah bunuh diri.
Selain itu juga dalam buku harian itu dikatakan bahwa "wanita tua itu tidak bisa berdiri sehingga dia bisa berbaring di ruangan lain". Tidak bisa dipastikan siapa yang telah mencekiknya hingga tewas, tapi yang jelas hal itu sama seperti apa yang tercatat dalam buku harian di mana nenek tersebut tewasterpisah dari yang lain.
Laporan hasil otopsi menemukan bahwa tidak ada seorang pun dari para korban yang menunjukkan tanda-tanda berjuang ingin melepaskan diri dari tali gantungan itu setelah barangkali mereka menyadari akan kehabisan napas. Seolah-olah mereka pasrah begitu saja, membuat para penyelidik menganggap bahwa semua anggota keluarga mengetahui apa yang mereka lakukan. Catatan lain dalam buku mengatakan "seseorang tidak akan mati", tetapi sebaliknya mencapai sesuatu yang "hebat".
Misteri 11 Pipa yang Aneh
Di bagian luar rumah keluarga Chundawat ada 11 pipa keluar yang letaknya yang tidak beraturan dan sangat ganjil. Pipa-pipa tersebut terdiri dari 2 jenis yaitu pipa lurus dan pipa bengkok. Pipa lurus berjumlah 4, sementara pipa bengkok ada 7. Jumlahnya seperti sesuai dengan anggota keluarga tersebut, 4 pria dan 7 wanita. Kebetulankah?
Sebelas pipa yang mencurigakan dan ditempatkan secara sembarang tersebut mendorong polisi untuk menyelidiki apakah pipa-pipa tersebut memiliki hubungan dengan dugaan ritual yang menyebabkan 11 anggota keluarga Bhatia tewas.
Seorang kontraktor dan tukang las yang telah memasang 11 pipa yang menonjol di dinding membantah adanya perencanaan atau instruksi di balik jumlah pipa yang aneh tersebut.
Kunwar Pal, kontraktor yang diberi tugas untuk merenovasi rumah berlantai 3 itu mengatakan ide perbaikan pipa itu berasal dari Lalit Bhatia.
"Lalit ingin pipa dipasang untuk ventilasi dan penerangan. Dia mengatakan pipa-pipa itu bisa dilepas dan lubang-lubangnya ditutup ketika konstruksi dimulai. Pipa-pipa itu sendiri dibuat pada November tahun sebelumnya."
"Namun, Lalit tidak menginstruksikan saya tentang jumlah pipa yang akan diperbaiki. Saya menginstruksikan para pekerja untuk memperbaiki beberapa pipa dan merea melakukan seperti yang diarahkan. Saya menyadari ada 11 pipa setelah laporan media setelah kematian menunjukkannya." kata Pal.
Tujuh dari pipa itu sempit dan bengkok ke bawah sementara empat lainnya lebar dan lurus. Secara kebetulan, orang yang tewas jumlahnya yaitu 7 perempuan dan 4 laki-laki. Namun Pal mengatakan itu hanya kebetulan karena pekerjanya hanya menggunakan potongan pipa yang masih tersisa.
Baca juga: Misteri di Balik Lagu Gloomy Sunday
Teori:
Pembunuhan
Lalu mungkinkah kematian kesebelas orang itu adalah pembunuhan oleh pihak ketiga? Sebut saja orang-orang yang tahu kalau keluarga itu menjalankan ritual yang tidak biasa setiap hari. Bisa saja ia mengambil kesempatan tersebut dan menjadikannya seolah-olah alasan mereka bunuh diri.
Bisa jadi. Ada seseorang atau beberapa orang yang masuk ke dalam rumah dan memaksa mereka gantung diri. Tapi sama sekali tidak ada perlawanan atau pun bekas perkelahian di tempat kejadian. Lagi pula seharusnya ada suara atau keributan yang tidak biasa dari dalam rumah. Namun itu semua sama sekali tidak ada.
Selain itu juga jika itu pembunuhan, lalu apa motifnya? Perampokan? Kenyataannya semua barang berharga dan perhiasan masih tersimpan utuh. Jadi tampaknya motif perampokan tidak mungkin terjadi. Dendam? Bisa jadi. Tapi bila dilihat di sekitar tempat kejadian, motif ini agak sulit diterima.
Gangguan psikotik bersama merupakan kondisi langka di mana salah seorang akan melalui suatu periode psikosis, yang pada akhirnya akan dialami oleh seluruh anggota keluarga.
Lalit Chundawat diyakini menderita delusi kalau ia bisa berkomunikasi dengan arwah ayahnya. Dia mungkin akhirnya berhasil meyakinkan semua anggota keluarganya untuk mengikuti apa yang diperintahkannya, dengan keyakinan kalau ayah mereka yang sudah meninggal tersebut akan membawa mereka menuju keselamatan. Teori ini barangkali bisa dimasukkan juga ke dalam teori bunuh diri massal.
Referensi:
Saya Pertamaxx
BalasHapusBtw lebih mirip ke kasus dekte heave's gate bkn sih? Karena hysteria massal?
Halo Lukey!^^
HapusIya, dari kematian secara massal yang diduga bunuh diri memang mirip dengan sekte Heaven's Gate nya Marshall Applewhite. Tapi mungkin letak perbedaannya, kalau di kasus keluarga Chundawat ini anggota keluarga masih bersosialisasi dengan tetangga, masih menjalani aktivitas mereka seperti biasanya, bahkan punya rencana untuk masa depan. Jadi sama sekali tidak ada indikasi akan melakukan bunuh diri. Sementara anggota sekte Heaven's Gate sudah mengasingkan diri dari kehidupan sosial bahkan sampai meninggalkan keluarga.
pertama baca berita ini tu spicles.. kok ya ada yang ritual kayak gitu. menurut ku itu kok juga masalah mental ya. masalah mental yang dikaitkan ke kepercayaan tertentu yang ternyata bisa diterima keluarga nya. trus terjadilah tindakan itu.
BalasHapusKasus ini memang mengejutkan, Eko. Bukan cuma mengguncang India, tapi juga dunia. Orang-orang seakan tidak percaya. Ya kebanyakan komentarnya seperti kita, "kok bisa kejadian begitu?"
Hapuskayanya lebih ke pembunuhan dan bunuh diri juga,pelaku membnuh si nenek dengan tujuan agar si nenek tidak bisa membuka tali jika ritual selesai
BalasHapusNah, iya Suuri.. Kalau kita melihat dari si nenek yang sudah dicekik lebih dulu, motif kecelakaan yang tidak disengaja jadi tereliminasi.
HapusSepertinya pembunuhan berencana nih, pelaku orang dekat yang tau kegiatan keluarga ini dan sudah membaca isi buku harian pak Lalit.
BalasHapusMengintai di balik tirai kamar buih jadi permadani, begitu keluarga pak Lalit saling mengikat tangan dan menutup mata untuk bersiap ritual, di sana lah orang yang mengintai keluar dari balik tirai dengan 10 tali di tangan.
Gurcharan singh juga menemukan pintu rumah yang terbuka kan.
Memang ada juga yang beranggapan ini pembunuhan. Tapi apa motifnya? Kalau harta, tidak ada indikasi perampokan karena semua barang berharga masih utuh. Dendamkah? Bisa jadi, walaupun keluarga ini dikenal baik oleh tetangga sekitar.
HapusNah, kalau pintu rumah yang terbuka justru memperkuat dugaan kalau mereka tidak berniat bunuh diri. Mungkin awalnya hanya ingin melakukan ritual seperti biasanya yang kurang dari 30 menit. Kalau pembunuhan, bukankah lebih aman kalau pintunya tidak dibiarkan terbuka? Entahlah, ini hanya pendapat Eya saja loh ya^^
Mungkin persaingan antar toko kelontong
HapusSepertinya terlalu riskan ya
Hapusapa bisa membelit/mengikat tangan sendiri tangan sendiri? kita butuh bantuan orang lain. orang terakir siapa yg bantuin?
BalasHapusSepertinya mengikat tangan ke belakang butuh bantuan orang lain ya, jadi mereka saling menolong mengikatkan tangan yang lainnya. Kalau mata yang ditutup kain dan mulut yang dilakban mungkin bisa dilakukan sendiri. Memasang kain di leher juga bisa sendiri. Barangkali mereka semua sudah dalam posisi siap, lalu mengikuti aba-aba menjatuhkan kursi. Mungkin ada satu orang terakhir yang memastikan semuanya tewas, lalu ia menggantung diri. Pertanyaan bagus, siapa yang terakhir?
Hapuspasti kayanya yg memberi ajaran ttg ritualnya
HapusDi copas di kaskus tanpa bubuhin sumber.
BalasHapus100% sama punya merinding.com
Halo..
HapusTerima kasih infonya..
Ini bukan yang pertama. Tulisan saya sudah sangat sering dicopas, dijadikan narasi youtube, dll. Padahal di akhir setiap artikel sudah diberi peringatan mohon untuk tidak dicopas. Tapi apalah daya, jangankan minta izin, mencantumkan sumber pun tidak. Saya terkadang sangat sedih. Orang-orang itu tidak pernah mengerti kalau menulis artikel seperti ini tidak mudah, mengumpulkan referensi, merangkai kalimat demi kalimat sampai jadi tulisan yang enak dibaca..
Bagus sekali penulisan artikelnya, ditunggu kasus lainnya ya kak, semangat menulis
BalasHapusHalo, Yola! Lama tidak muncul yaa..^^
HapusSebuah kisah yg sampai diangkat ke Netflix.
BalasHapusAne juga sebenarnya mencari jawaban dari kasus ini,tapi rata² yg ane dapet ada Delusi massal.
Lalit yg pernah jdi korban pembunuhan oleh teman²nya,pasti memiliki trauma yg bisa dibilang cukup berat.
Lalit pun juga dibilang menjadi korban bully ditempat kerjanya.
Ditunggu kisah² selanjutnya,Min :)
Belum pernah nonton yang di Netflix sih.. Eh, serius Lalit korban bully di tempat kerjanya?
HapusIya sudah banyak juga yang bahas, kebanyakan percaya ya itu bunuh diri massal. Kalau perampokan hampir mustahil sepertinya ya.
Ya,dari artikel random yg ane baca rata² bilang klo Lalit itu dibully oleh teman² kerjanya.Dan kejadian percobaan pembunuhan itu juga direncanakan oleh teman²nya Lalit.
HapusSaat itu,Lalit punya problem dengan salah satu teman kerja dia.
Lalit memang pernah mengalami kecelakaan kerja karena didorong dengan sengaja oleh temannya.. Masuk akal juga sih kalau sebelumnya mungkin dia sudah sering diganggu dan dibully oleh temannya ya
Hapus