Kematian Aneh Alfred Loewenstein "The Man who Fell from the Sky"
“Tuan, Anda baik-baik saja?,” tanya Baxter sambil
mengetuk pintu toilet beberapa kali.
Sudah lebih dari 10 menit berlalu, tapi bossnya
itu tidak kunjung kembali dari toilet. Sebelumnya ia mengatakan akan pergi ke
belakang menggunakan kamar kecil itu sebentar. Lama ditunggu, tapi ia tak juga
muncul. Menyadari majikannya masih belum kembali juga ke tempat duduknya,
Baxter memutuskan untuk memeriksa.
“Tuan, apakah Anda tidak sehat?,” serunya lagi,
tapi kali ini nada suaranya jelas terdengar sangat khawatir.
Namun tak ada jawaban juga dari dalam. Baxter
khawatir bossnya itu jatuh sakit. Oleh karena itulah dia terus mengawasinya
sepanjang perjalanan.
Tak ada pilihan, Baxter memutuskan untuk
membuka paksa pintu. Tapi pintu tersebut ternyata sama sekali tidak terkunci. Toilet
itu kosong. Tak ada siapa pun di sana. Lalu ia segera memeriksa pintu yang
lainnya, sebuah pintu masuk di belakang pesawat. Ia tak percaya pada apa yang
ada di hadapannya. Angin kencang berhembus masuk. Pintu itu terbuka!
Entah apa yang sebenarnya terjadi. Seorang pria
beranjak dari tempat duduknya, di salah satu kursi penumpang pesawat,
mengatakan kalau ia akan pergi ke toilet. Namun saat diperiksa, pria itu tak
ada di dalamnya. Sebuah pintu yang mengarah keluar pesawat terbuka. Misteri ini
digambarkan oleh The New York Times sebagai salah satu yang teraneh sepanjang
sejarah penerbangan komersial. Misteri itu dikenal juga dengan sebutan “The Man
Who Fell from the Sky”.
Pria yang jatuh dari langit. Begitulah misteri
ini biasa disebut. Sebuah kejadian ganjil dan misterius terjadi padanya dalam sebuah
penerbangan. Peristiwa itu barangkali hanya akan dianggap sebagai kecelakaan
biasa, andaikan ia bukan siapa-siapa. Tapi yang saya bicarakan ini adalah pria
terkaya ketiga di dunia pada tahun 1920an. Mungkin sekarang namanya setara
dengan Elon Musk.
Pria itu bernama Alfred Leonard Loewenstein. Lahir
di Brussel, Belgia pada tanggal 11 Maret 1877. Ia adalah putra Bernard Loewenstein, seorang
bankir Jerman-Yahudi. Menginjak dewasa, Alfred mengikuti jejak ayahnya.
Tahun 1920-an ia termasuk salah satu pemodal
paling kuat se-Eropa. Pada puncaknya ia memiliki kekayaan sekitar £ 12 juta
dalam mata uang saat itu. Jumlah yang luar biasa fantastis. Reputasi
Loewenstein meroket sedemikian rupa sehingga ia sering bertemu dengan para
kepala negara dari seluruh dunia. Jelas pria ini bukanlah orang sembarangan.
Loewenstein bahkan pernah menawarkan kepada
pemerintah Belgia dana sebesar 50 juta dolar, bebas bunga, demi menstabilkan
mata uang sebagai imbalan atas hak untuk mencetak franc Belgia. Pada akhir
perang dunia pertama, dia juga bermitra dengan rumah investasi Sir James Dunn
dari Kanada dalam beberapa usaha bisnis. Kedua orang ini memperoleh keuntungan
lebih dari £ 1.000.000 dari investasi mereka tersebut.
Pada tahun 1926 Loewenstein diketahui
mendirikan sebuah perusahaan bernama International Holdings and Investments
Ltd., yang mengumpulkan uang dalam jumlah besar dari banyak orang kaya yang tertarik
untuk berinvestasi padanya.
Namun, sampai tahun 1928 orang-orang itu tidak
melihat pengembalian investasi. Kecurigaan dengan cepat menyeruak, mendugai
pria itu bermain-main dengan uang mereka. Dengan kecerdikannya, investor ini
disebut-sebut telah menggelapkan dana investasi yang jumlahnya luar biasa.
Desas-desus miring seputar Loewenstein tak
berhenti sampai di sana. Pria itu juga diduga terlibat dalam beberapa transaksi
kotor, termasuk di dalamnya sejumlah usaha yang melibatkan narkotika ilegal dan
kesepakatannya dengan Arnold Rothstein alias “The Brain”.
Misteri Di Balik Pintu
Sore itu tanggal 4 Juli 1928. Loewenstein
berangkat dari Bandara Croydon untuk terbang ke Brussel, Belgia dengan pesawat
pribadinya, sebuah Fokker F.VIIa / 3m trimotor (G-EBYI). Hari itu rencananya ia
akan pulang ke rumahnya, di Brussel, di mana ia tinggal bersama istrinya,
Madelaine. Sebenarnya ini adalah perjalanan rutin yang biasa dilakukannya secara
teratur.
Dalam penerbangannya hari itu, Loewenstein
tidak sendirian. Bersama dengannya ikut pula pelayannya Fred Baxter, sekretaris
bernama Arthur Hodgson, dan juga dua orang stenografer Eileen Clarke dan Paula
Bidalon. Pesawat mewah itu dipiloti oleh Donald Drew dan dibantu pula oleh
mekanik Robert Little. Jadi total ada 7 orang dalam pesawat tersebut.
Sore itu cuacanya sangat bagus, langit cerah,
dan angin sangat kondusif. Segalanya sempurna untuk bepergian. Sang kapten juga
mengatakan kalau penerbangan itu akan berjalan mulus dan lancar.
Donald Drew, berdiri di dekat pintu pesawat
saat para penumpang naik. Dia kemudian bergabung di kokpit bersama dengan
Robert Little, sang mekanik. Kokpit adalah unit tertutup tanpa pintu penghubung
ke bagian pesawat lainnya. Perlu diketahui setelah Fokker lepas landas, Drew
dan Little tidak memiliki akses ke kabin.
Pesawat lepas landas. Loewenstein tampak sibuk
dengan beberapa berkas sampai akhirnya ia mengatakan akan menggunakan toilet
yang letaknya di bagian belakang pesawat. Saat itu sekitar pukul 18:30, pesawat
sedang berada pada ketinggian 4.000 kaki atau 1.200 meter di atas Selat
Inggris.
Pesawat tersebut tak begitu besar. Ruang pilot
terpisah dengan kabin penumpang di belakang. Sebuah pintu di bagian belakang
kabin penumpang utama terbuka ke sebuah lorong pendek dengan dua pintu: yang
sebelah kanan mengarah ke toilet, sedangkan yang di kiri adalah pintu masuk
pesawat. Jadi pintu toilet dan pintu keluar letaknya berseberangan.
Sepuluh menit berlalu sejak Loewenstein pergi
ke toilet. Fred Baxter menyadari bahwa majikannya itu cukup lama berada di sana
dan belum juga kembali ke kursinya. Baxter yang khawatir lalu memutuskan untuk pergi
memeriksa dan memastikan semuanya baik-baik saja.
Ia mengetuk pintu toilet, tapi tidak ada
jawaban dari dalam. Baxter lalu mencoba membuka pintu. Pelayan itu terkejut menemukan
bilik toilet kosong dan pintu keluar pesawat terbuka dan mengepak di slipstream,
diterpa aliran udara yang mengalir di atas pesawat yang terbang tinggi. Loewenstein
lenyap!
Baxter bersama dengan yang lainnya di pesawat
yakin kalau Loewenstein telah jatuh melalui pintu belakang pesawat. Kemungkinan
peristiwa itu terjadi tepat di atas Selat Inggris ketika pesawat tengah terbang
di atasnya. Pilot lalu memutuskan mendarat darurat di sebuah pantai sepi di
dekat Dunkirk.
Pesawat Fokker FVII tergolong pesawat ringan. Landasan
pacu bandara bukanlah persyaratan penting untuk lepas landas dan mendarat, yang
artinya kendaraan itu cukup dapat mendarat di tempat dengan dataran yang tak
begitu besar.
Tapi karena pendaratan itu mendadak, entah
karena ia sangat terkejut atau ketakutan, Donald Drew tak menyadari kalau pantai
itu rupanya juga digunakan oleh unit tentara untuk pelatihan. Wilayah itu
sendiri berada di bawah kendali militer Perancis.
Pihak berwenang setempat yang menyadari bahwa
pesawat itu pastilah mengalami kesulitan bergegas menawarkan bantuan. Mereka bahkan
membutuhkan waktu sekitar enam menit untuk mencapai pesawat tersebut.
Namun seorang perwira senior, Letnan
Marquailles, menemukan sesuatu yang aneh. Drew mengelak ketika diinterogasi.
Pihak berwenang bahkan butuh waktu hampir setengah jam untuk menanyainya
sebelum akhirnya pilot tersebut mengakui bahwa seseorang dalam pesawat telah
menghilang ketika mereka terbang di atas Selat Inggris.
Apa yang Sebenarnya Terjadi Pada Alfred
Loewenstein?
Berita tentang apa yang terjadi pada
Loewenstein menyebabkan panic selling luar biasa di lantai bursa. Saham
perusahaan anjlok drastis nilainya sampai lebih dari lima puluh persen. Sampai
saat itu tak ada seorang pun yang tahu apa yang terjadi pada Alfred
Loewenstein.
Tanggal 12 Juli 1928, sebuah percobaan dilakukan
oleh Cabang Kecelakaan Kementerian Udara Inggris menggunakan pesawat
Loewenstein. Pada ketinggian 1.000 kaki (300 m) salah satu petugas diuji coba
untuk melemparkan dirinya ke pintu masuk pesawat yang telah terbuka sekitar 6
inci (150 mm).
Baca juga: Teori-Teori Mengerikan Kasus Hilangnya Jimmy Hoffa
Hasilnya mengejutkan. Petugas tersebut langsung
terlempar kembali ke dalam pesawat ketika slipstream menutup pintu dengan
keras. Jadi disimpulkan bahwa tidak mungkin seseorang secara tidak sengaja
membuka pintu dan jatuh.
Percobaan lainnya pun dilakukan. Stabilitas
pintu Fokker Tri-Motor tersebut kembali diuji secara ketat, termasuk oleh
Kementerian Udara Inggris. Pengujian menunjukkan bahwa tidak mungkin pintu pesawat
ini dibuka secara tidak sengaja.
Setelah mayatnya ditemukan, istri Loewenstein meminta
jasad suaminya untuk diotopsi. Hasil otopsi mengungkapkan tidak ada tanda-tanda
pukulan atau luka pada tubuhnya ataupun adanya indikasi bunuh diri.
Satu-satunya temuan yang mencurigakan adalah
jejak alkohol dalam darahnya, padahal Loewenstein diketahui tidak pernah minum.
Selain itu otopsi tersebut juga mengungkapkan beberapa tulang patah serta retak
tulang tengkorak. Disimpulkan pula bahwa dia masih hidup ketika tubuhnya
menabrak air.
Adik ipar Loewenstein menyatakan bahwa keluarga
tidak mencurigai siapa pun telah melakukan pembunuhan berencana, misalnya
dengan meracuninya lalu melempar pria itu keluar dari pesawat.
Loewenstein dimakamkan di sebuah pemakaman di
luar Evere, di sebuah makam milik keluarga istrinya, keluarga Misonnes. Namun
anehnya namanya tidak pernah terukir di lempengan yang menutupi peti mati.
Alfred Loewenstein dikuburkan di makam yang tidak bertanda.
Kecelakaan, Bunuh Diri, ataukah Pembunuhan?
Kecelakaan
Sudah lebih dari 90 tahun sejak peristiwa ini
terjadi. Sulit untuk membayangkan bahwa pintu keluar pesawat bisa saja dibuka
secara tidak sengaja di tengah penerbangan tanpa ada yang menyadarinya.
Apakah Loewenstein berjalan melalui pintu yang
salah? Bahkan dengan sejumlah kecil alkohol yang ditemukan dalam darahnya, itu
tampaknya sangat tidak mungkin. Kedua pintu itu sama sekali tidak sulit untuk
dibedakan. Pintu keluar bertanda “EXIT” dan dilengkapi dengan kait bermuatan
pegas yang dikendalikan dari dalam yang, secara teori, hanya bisa dibuka oleh
dua orang.
Baca juga: Insiden Kecelakaan Penerbangan Andes 1972
Beberapa berteori bahwa pintu keluar secara
tidak sengaja dibiarkan terbuka saat lepas landas. Kemudian pria itu masuk ke
dalamnya, melihat-lihat, dan mencoba menutupnya. Tetapi naas yang terjadi
justru dia terlempar keluar dari pesawat.
Bunuh Diri
Mungkinkah pria kaya raya itu melakukan bunuh
diri? Paling tidak inilah teori yang dipercya oleh The Evening Independent (Inggris)
dan Healdsberg Tribune (Amerika Serikat)
yang meyakini kalau Loewenstein sebenarnya telah melakukan bunuh diri.
The New York Times berhipotesis bahwa sikap
linglung yang dialami Loewenstein belakangan yang dicatat oleh banyak kenalan
pria tersebut, mungkin telah menyebabkan dia keluar dari pintu pesawat yang
salah. Loewenstein diduga telah meninggalkan jaringan usaha bisnis yang kusut.
Ada pula yang berteori bahwa kerajaan bisnisnya sebenarnya sudah berada di
ambang kehancuran. Beberapa bahkan menyatakan bahwa praktik bisnis yang korup
akan segera terungkap dan oleh karena itu Loewenstein memutuskan untuk bunuh
diri.
Namun memang jika benar demikian anehnya tidak
ada indikasi sebelum kejadian bahwa Loewenstein terlihat akan bunuh diri.
Menurut kesaksian orang-orang terdekatnya, Loewenstein justru terlihat sangat
bersemangat. Tentu saja, ini juga tidak dapat sepenuhnya membuktikan atau
menyangkal teori bunuh diri.
Memalsukan Kematiannya Sendiri
Penulis kriminal Robert dan Carol Bridgestock
berspekulasi bahwa Loewenstein memalsukan kematiannya sendiri, dan menghilang
karena ketidakberesan keuangan dalam bisnisnya. Teori ini didukung oleh fakta
bahwa jenazah dikuburkan di kuburan yang tidak bertanda, dan istrinya bahkan tidak
menghadiri pemakamannya.
Pembunuhan
Kematian Loewenstein agaknya sedikit banyak
mirip dengan plot novel Agatha Christie “Murder on the Orient Express”, jika
kita mulai mempertimbangkan kemungkinan adanya persekongkolan dari banyak orang.
Ada beberapa hal aneh yang menimbulkan
kecurigaan. Salah satunya adalah keputusan yang sangat aneh oleh pilot, Donald
Drew, untuk mendarat di pantai yang sepi, bukan di lapangan terbang. Ketika
militer Prancis tiba, dia juga menghindari pertanyaan mereka selama setengah
jam sampai dia akhirnya mengakui bahwa mereka telah kehilangan Loewenstein
ketika pesawat tengah berada di atas Selat Inggris.
Pada tahun 1987, penulis William Norris
menyelidiki kasus ini dan menerbitkannya dalam sebuah buku berjudul "The
Man Who Fell From the Sky." Ia menemukan bahwa mitra bisnis Loewenstein,
Albert Pam dan Frederick Szarvasy, akan mendapatkan keuntungan dari
kematiannya.
Norris menyimpulkan bahwa Loewenstein telah
dilempar dari pesawat oleh kedua orang tersebut atas perintah Madeleine
Loewenstein, dengan motif untuk menguasai kekayaan Loewenstein. Dia juga
menambahkan pintu belakang pesawat memang dilepas seluruhnya saat berada di
udara, dan rencananya penggantinya kemudian dipasang di pantai tempat mereka
mendarat darurat.
Perusahaan mereka, International Holdings,
melonjak di pasar saham setelah tragedi itu karena keuntungan misterius $ 13
juta yang muncul entah dari mana. Norris menemukan bahwa jumlah ini cocok
dengan sejumlah polis asuransi anonim yang diambil dari Loewenstein sebelum
kematiannya.
Perilaku Drew setelah diberi tahu tentang
hilangnya Loewenstein juga sangat aneh. Tapi kita tidak bisa mengesampingkan faktor
keterkejutan dan ketakutan sebagai alasannya. Kita dapat membayangkan bagaimana
ini akan mengguncang pilot, dan mengapa dia bersikeras bahwa kecelakaan sangat
mungkin terjadi.
Loewenstein jelas memiliki musuh, meskipun
tampaknya tidak ada hubungan apa pun antara mereka yang berada di dalam pesawat
dengan orang yang kemungkinan menjadi musuhnya. Namun demikian,
ketidakkonsistenan dalam laporan Baxter tentang peristiwa dan penghindaran Drew
ketika ditanyai, membuat banyak orang mencurigai adanya persekongkolan.
Diketahui bahwa hubungan Loewenstein dengan
istrinya tidak baik, dan diduga bahwa dia sangat ingin mendapatkan kekayaannya
yang sangat besar. Mungkinkah dia berkomplot dengan orang-orang dalam pesawat
untuk melemparnya keluar dari pesawat.
Ada salah satu kisah menarik dari seorang
cenayang yang pernah ditanyai tentang kasus ini. EM Taylor, seorang medium yang
dihormati pada saat itu, mengaku telah dihubungi oleh arwah Alfred Loewenstein,
yang dia duga telah membuat pernyataan berikut:
“Tidak ada ide bunuh diri yang masuk ke kepala
saya sampai saya pergi untuk memeriksa pesawat sebelum lepas landas. Kemudian
saya tiba-tiba merasakan dorongan yang tak tertahankan untuk membuka pintu dan
mengakhiri hisup saya. Saya melawannya tetapi keinginan itu menjadi semakin
kuat. Apa yang saya alami, Anda tidak akan pernah mengerti. Kenapa, saya tidak
bisa menjelaskan. Haruskah saya melupakan kejadian mengerikan itu saat terjun
ke luar angkasa? Ya, sesaat saya menyadari kesalahan saya, tapi itu sudah terlambat…
”
Wah lagi2 kasus misterius seperti misterius nya yg punya blog..
BalasHapusKomentar legendaris dari Nur Rizal pun muncul kembali.. :D
HapusWah saya telat, tp kenapa belum ada komentar yg muncul?
BalasHapusTeori sy Loewenstein dibunuh dgn persengkongkolan dgn semua yg ada di pesawat tsb. Dalam novel “Murder on the Orient Express” detektif Hercule Poirot kesulitan mengungkap, bagaimana dgn kasus nyata seperti ini, tanpa ada seorang detektif hebat di tkp tsb sudah pasti sulit diungkap.
Wah, Harllie telat..^^ Baru pulang dari jalan-jalan sepertinya. Kemarin ditanya Alice loh hehe..
HapusJadi keenam orang dalam pesawat itu kompak bersekongkol ya? Dan dalang di baliknya adalah..
Novel "Murder on the Orient Express" sendiri adalah novel dengan ending yang sama sekali tidak tertebak. Saya pernah baca bukunya, tidak menyangka kalau pelakunya semua orang hehe.. Novel ini bersanding dengan "And Then There Were None" yang disebut-sebut sebagai masterpiece nya Agatha Christie.
Oh ya, keduanya sama-sama terjadi di atas kendaraan yang tengah berjalan ya.
Wah ngasih spoiler bagi yg blm tahu nih wkwkwk. Saya bukan pembaca novel tp penikmat film dari adaptasi novel 😄, btw film mini seri "And Then There Were None" sudah masuk watchlist saya, tq @eya 👍👍
HapusSpoiler kah? Yang terjadi di kendaraan itu maksudnya kasus Loewenstein ini dan cerita "Murder on the Orient Express"..^^ Kalau "And Then There Were None" saya malah belum pernah nonton filmnya, cuma baca saja Harllie. Ini kisah detektif tanpa detektif. Tidak ada Hercule Poirot, tidak ada Miss Marple. Sudah spoiler belum itu wkwk..
Hapusaduh....knp komenq lagi lagi tidak muncul padahal q rutin ngecek blog ini tiap kali update artikel baru pasti q komen....
BalasHapusKenapa bisa begitu ya Haidar? Komentar yang lainnya ada kok.. Mungkin masalah jaringan..
Hapuslama mantau post ini, g muncul2 komen nya. kirain liburan panjang. :)
BalasHapusTidak sempat liburan hehe..
Hapusharus disempat kan liburan. sapa tau bisa dapet sesuai di saat liburan. mungkin berkeliling petit trianon gitu. hehe..
HapusAtau mengunjungi Machu Picchu..^^
Hapuswaahh,, itu bisa jadi. belum ada bayangan. xixixi
HapusSeru2 unsolved mystery 👍
BalasHapusWah, penggemar unsolved cases nih..^^
HapusAh,ternyata jatuh dari pesawat,yak.
BalasHapusAne pikir diculik :v
Semangat buat cerita misteri lg,Min :)
Iya semangat Tsubasaki :D
Hapusemang kalo pintu keluar/masuk pesawat terbuka, tidak akan menyebabkan ganguan terhadap pesawat ya??
BalasHapusitu sudah lebih dari 10 menit
Ini jenis pesawat ringan Fokker F.VIIa tahun 1920an
Hapus