Kisah di Balik Foto Omayra Sanchez, Korban Tragedi Armero 1985
Frank Fournier adalah seorang reporter Perancis
yang ditugaskan ke Armero menyusul bencana gunung berapi yang menerjang wilayah
itu pada 13 November 1985. Fournier mendarat di Bogotá pada tanggal 15
November, dan mencapai Armero saat fajar keesokan harinya.
Letusan gunung berapi Nevado del Ruiz membuat aliran
piroklastik yang meledak dari kawah membentuk lahar yang mengalir ke lembah
sungai di bawahnya. Dengan kecepatan 6 meter per detik aliran lahar menyapu
sebagian besar Armero dan menewaskan lebih dari 20.000 orang dan menghancurkan
14 desa termasuk Armero.
Saat Fournier tiba di desa itu, keheningan yang
menakutkan yang lamat-lamat diselingi teriakan masih terdengar di sudut-sudut
desa. Fournier menggambarkan suasana tempat itu sangat menghantuinya bahkan
setelah bertahun-tahun berlalu.
Saat masih dalam keadaan syok melihat situasi
yang terjadi, seorang petani menghampirinya. Dia menceritakan tentang gadis
kecil yang tengah terjebak di antara reruntuhan rumahnya dan sangat membutuhkan
bantuan. Petani itu kemudian membawa Fournier ke lokasi di mana gadis kecil itu
berada.
Frank Fournier |
Omayra Sánchez Garzón nama gadis kecil itu. Usianya 13 tahun. Dia dan keluarganya tinggal
di Armero ketika lahar itu menghancurkan
rumahnya dan menewaskan
ayah dan bibinya. Sánchez terperangkap di bawah atap rumahnya dengan kaki terjepit.
Baca juga: Kisah Di Balik Foto Bunuh Diri Evelyn McHale
Para petugas keselamatan sudah berusaha
menariknya keluar, tetapi mereka
menyadari hal itu mustahil kecuali mereka harus mematahkan kakinya. Penyelam menemukan bahwa kaki Sánchez tersangkut di bawah pintu yang terbuat dari
batu bata, dengan tubuh bibinya berada di bawah kakinya.
Petugas kemudian memasang ban di
sekitar tubuh Omayra agar ia
tidak tenggelam sambil tetap memikirkan cara terbaik meyelamatkan nyawanya.
Omayra Sanchez terjebak di antara reruntuhan rumahnya |
Tapi pada hari ketiga saat Fournier tiba di sana, Sánchez
mulai berhalusinasi. Ia
menyebutkan soal-soal matematika dan mengatakan kalau dia tidak ingin terlambat
ke sekolah. Pada saat itu mata Sánchez sudah memerah, wajahnya membengkak, dan tangannya memutih.
Seolah tahu lelahnya kerja para penyelamat, Sanchez terkadang meminta
orang-orang itu untuk
meninggalkannya agar mereka dapat beristirahat.
Para penyelamat tak lelah berusaha untuk menolong. Mereka melakukan apa pun yang dapat mereka lakukan. Tapi mereka menyadari tak mungkin mengeluarkan gadis kecil itu tanpa memotong kakinya.
Tim penyelamat berusaha menyelamatkan Omayra Sanchez |
Frank Fournier menatap
Sánchez. Dia ada di dekatnya di detik-detik terakhir hidup gadis malang itu. Saat itulah
Fournier mengambil foto-foto Sanchez.
Baca juga: Kisah di Balik Foto Kevin Carter
“Ketika saya mengambil foto-foto itu, saya
merasa benar-benar tidak berdaya di depan gadis kecil ini, yang menghadapi
kematian dengan keberanian dan martabat. Dia bisa merasakan bahwa hidupnya
sedang berjalan. Pada tahap ini, Sánchez sudah berada pada tahap antara sadar
dan tidak. Dia bahkan bertanya apakah saya bisa membawanya ke sekolah karena
dia khawatir dia akan terlambat.”
“Saya memberikan film dan sejumlah foto kepada
beberapa fotografer yang akan kembali ke bandara dan mengirimkannya kembali ke
agen saya di Paris. Omayra meninggal sekitar tiga jam setelah saya sampai di
sana.” (Frank
Fournier)
Secara keseluruhan, Sánchez menderita selama
hampir tiga malam atau sekitar 60 jam sebelum akhirnya dia meninggal sekitar
pukul 10:05 pada 16 November. Penyebabnya kemungkinan besar karena gangren atau
hipotermia.
Salah satu foto terakhir Omayra Sanchez sebelum meninggal dunia |
Referensi:
Kisah yang tragis dan mengharukan
BalasHapusBetul Harllie..
HapusSemoga dia tenang disana :(
BalasHapusAmin..
HapusInnalillahi wa innaillaihi ro'jiun.. Semoga sanches tenang dan beristirahat dalam keabadian di alam sana.. Aamin🤲
BalasHapusAmin.. Setiap melihat fotonya saya seperti bisa merasakan jiwanya. Omayra Sanchez seorang gadis kecil yang berani dan tegar..
HapusSedih banget bacanya... pasti orang di sekitarnya menyesal seumur hidup.
BalasHapus