Kisah di Balik Foto Kevin Carter : Burung Hering dan Gadis Kecil (The Struggling Girl)
The New York Times membuat geger dunia kala menampilkan sebuah foto di halaman surat kabarnya. Dalam foto itu tampak seorang anak kecil berkulit hitam dengan kondisi tubuh kurus kering tanpa pakaian seorang diri tengah berada di atas tanah, sementara tidak jauh dari situ seekor burung pemakan bangkai tengah mengawasinya. Sang fotografer yang mendapatkan kecaman luar biasa atas jepretannya itu sempat mendapatkan hadiah Pulitzer, sebelum akhirnya bunuh diri...
Foto yang dikenal pula dengan "The Struggling Girl" ini merupakan salah satu foto paling ikonik, kontroversial, dan dikenal dalam sejarah dunia. Namun tak banyak yang mengetahui kisah di baliknya. Benarkah sang fotografer yang sangat dikecam itu begitu tidak manusiawi?
Foto ini diambil oleh Kevin Carter, seorang jurnalis foto Afrika Selatan. Pada tahun 1993, ia bertugas di Sudan, sebuah negara yang terletak di timur laut benua Afrika. Pada masa itu negara yang baru merdeka tahun 1956 ini sangat miskin, kelaparan di mana-mana, pemandangan orang-orang dengan tubuh kurus kering sangat familiar kala itu.
Kevin Carter |
Pada Maret 1993, Carter tiba di Sudan. Saat berada di sebuah desa dekat Ayod, Carter melihat seorang gadis kecil yang sedang berhenti untuk beristirahat. Tampaknya gadis kecil itu akan pergi ke pusat makanan yang disediakan PBB. Saat itu sebenarnya orang tua anak ini tengah sibuk mengambil makanan, jadi mereka meninggalkan anak-anak mereka sebentar untuk mengumpulkan makanan. Tidak jauh dari anak tersebut, seekor burung hering atau burung nasar pemakan bangkai mendarat di dekatnya.
Carter yang menyaksikan pemandangan itu segera mengambil kameranya. Perlahan-lahan ia mendekati tempat kejadian dan berhati-hati agar tidak mengganggu burung itu. Ia bahkan menunggu sampai sekitar 20 menit lamanya sampai burung pemakan bangkai itu cukup dekat dengan gadis kecil itu lalu ia mengambil gambar terbaiknya.
Carter mengambil foto tersebut dari jarak 10 meter. Setelah mendapatkan foto, ia kemudian hanya mengusir burung itu pergi. Pada saat itu Carter tidak menyadari bahwa ia baru saja mengambil foto paling kontroversial dalam sejarah jurnalistik.
"The Struggling Girl", foto kontroversial yang diambil Kevin Carter (1993) |
Foto itu lalu dijual ke New York Times, sebuah surat kabar harian Amerika yang kemudian menerbitkannya pada 26 Maret 1993. Hanya dalam hitungan jam ratusan orang menghubungi surat kabar dan menanyakan apakah anak di dalam foto tersebut selamat.
The New York Times mengambil sebuah tindakan langka dalam sejarah koran mereka. Mereka menerbitkan catatan editor khusus surat kabar yang menggambarkan apa yang mereka ketahui tentang situasi di dalam foto tersebut: "Fotografer melaporkan bahwa ia (gadis kecil itu) cukup memiliki kekuatan untuk menjauh dari burung pemakan bangkai dan melanjutkan perjalanan, tetapi nasibnya tidak diketahui pasti apakah ia mencapai pusat pembagian makanan itu atau tidak.
The New York Times mengambil sebuah tindakan langka dalam sejarah koran mereka. Mereka menerbitkan catatan editor khusus surat kabar yang menggambarkan apa yang mereka ketahui tentang situasi di dalam foto tersebut: "Fotografer melaporkan bahwa ia (gadis kecil itu) cukup memiliki kekuatan untuk menjauh dari burung pemakan bangkai dan melanjutkan perjalanan, tetapi nasibnya tidak diketahui pasti apakah ia mencapai pusat pembagian makanan itu atau tidak.
Foto anak Sudan yang tengah ditunggui burung pemakan bangkai muncul di laman surat kabar The New York Times |
Sang fotografer, Kevin Carter segera mendapatkan kecaman dan kritik tajam atas foto yang diambilnya. Ia dihujani pertanyaan mengapa tidak menolong gadis kecil itu dan hanya menggunakannya sebagai objek fotonya saja. Ia dikecam karena meninggalkan gadis itu begitu saja setelah berhasil mengambil fotonya. Ia disebut sangat tidak berperikemanusiaan karena seharusnya ia menjatuhkan kameranya dan berlari menyelamatkan gadis kecil itu.
Carter pun berdalih bahwa jurnalis foto diberitahu untuk tidak menyentuh korban kelaparan karena takut akan menyebarkan penyakit. Carter juga mengatakan bahwa ada sekitar 20 orang setiap jamnya yang sekarat karena kelaparan di sana. Namun Carter juga menyatakan rasa penyesalannya karena tidak melakukan apa pun untuk membantu gadis malang tersebut.
Pekerjaan Kevin Carter dan Foto-Foto Jepretannya yang Mengantarkannya Pada Bunuh Diri
Carter tumbuh di Afrika Selatan selama apartheid. Dia menjadi jurnalis foto karena dia merasa perlu untuk mendokumentasikan perlakuan kejam yang dilakukan orang kulit putih terhadap orang kulit hitam di Afrika dan juga kekerasan antar kelompok etnis kulit hitam sendiri seperti misalnya antara kelompok Xhonas dan Zulus.
Carter dan beberapa rekan seprofesinya kerap berburu jepretan terbaik. Sebuah surat kabar harian Afrika Selatan bahkan menjuluki kelompok mereka dengan nama "Bang-Bang Club". Pada saat itu fotografer menggunakan istilah "bang-bang" untuk merujuk pada bepergian ke kota-kota Afrika Selatan untuk meliput kekerasan ekstrem yang terjadi di sana.
Para fotografer Bang-Bang Club |
Dalam beberapa tahun selama masa karirnya yang singkat, Carter telah melihat banyak sekali tindak pembunuhan, termasuk di dalamnya penembakan, pemukulan, penikaman, dan sebuah praktik biadab di mana sebuah ban berisi minyak diletakkan di leher korban lalu api disulut di atasnya.
Salah satu foto korban kebiadaban praktik pembakaran manusia (foto diambil oleh Kevin Carter) |
Carter mengambil tugas khusus di Sudan, tempat di mana ia memotret burung nasar dan seorang gadis kecil. Dia telah menghabiskan beberapa hari berkeliling desa di mana kelaparan melanda. Sementara itu, ia dikelilingi oleh tentara Sudan bersenjata yang ada di sana yang mencegahnya untuk ikut campur dalam hal apa pun.
Baca juga: Bunuh Diri Terindah Evelyn McHale
Bahkan jika ia memutuskan untuk membantu gadis kecil dalam fotonya itu, para prajurit bersenjata di sana tidak akan mengizinkannya dan bukan tidak mungkin mereka akan menembak Carter.
Kevin Carter di tengah situasi perang |
Pekerjaan Carter di amping berbahaya juga sangat mengerikan. Bagaimana ia harus melihat hal-hal sadis setiap harinya. Dan ini berakibat sangat fatal bagi mentalnya. Ia menggunakan obat-obatan termasuk kokain untuk membantunya menenangkan diri dan mengatasi pekerjaannya yang sangat mengerikan itu.
Salah satu foto jepretan Carter yang memperihatkan kelaparan ekstrem |
Carter sering kali menceritakan kepada sahabatnya, Judith Matloff, seorang koresponden perang, bahwa ia begitu depresi karena tidak bisa menyelamatkan orang-orang yang itu.
Salah satu anggota Bang-Bang Club yang juga sahabatnya, Ken Oosterbroek, tewas ditembak saat sedang mengambil foto. Carter merasa sangat bersalah karena hal ini, menurutnya orang yang seharusnya ada di sana dan dibunuh adalah dirinya bukan Oosterbroek. Saat itu dia sedang pergi untuk wawancara tentang kemenangannya atas Pulitzer. Pada bulan yang sama pula Nelson Mandel menjadi presiden Afrika Selatan.
Carter yang memfokuskan hidupnya untuk mengabadikan praktik apartheid di Afrika menganggap karirnya sudah berakhir. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan dalam hidupnya. Ia juga memendam perasaan bersalah atas foto kontroversial yang diambilnya.
Majalah Time beberapa bulan setelah itu menugaskannya ke Mozambik. Pada saat kepulangannya, ia meninggalkan 16 gulungan film yang telah ia ambil di Mozambil, di dalam pesawat. Itu adalah foto-foto terakhir yang diambil Carter dalam hidupnya.
Kevin Carter di sebuah ruang cetak foto |
Pada 27 Juli 1994, Carter mengendarai mobilnya ke Parkmore di dekat Field and Study Center. Di sana ia menempelkan sebuah ujung selang ke pipa knalpot truk pick-upnya sementara ujung selang lainnya dijulurkan ke sisi jendela pengemudi, sementara mesin mobil dinyalakan. Carter meninggal keracunan karbon monoksida. Saat itu usianya 33 tahun. Dalam catatan bunuh dirinya ia menuliskan penyesalannya yang sangat dalam.
Bunuh diri itu bukan hanya karena ia memenangkan Pulitzer, tetapi juga karena tumpukan stres dan tekanan yang telah terkumpul selama bertahun-tahun saat dirinya mendokumentasikan potret-potret paling mengerikan dari berbagai sudut dunia.
Sekarang tinggallah foto warisannya yang ikonik itu, yang berkatnya pulalah mata dunia terbuka bahwa kelaparan di Sudan sangat luar biasa dan menjadi dikenal dunia secara internasional. Selalu ada sisi kisah yang lain yang kadang terlewat dan beberapa bahkan tidak pernah terungkap dan misterius selamanya.
Referensi:
https://allthatsinteresting.com/kevin-carter
Bunuh diri itu bukan hanya karena ia memenangkan Pulitzer, tetapi juga karena tumpukan stres dan tekanan yang telah terkumpul selama bertahun-tahun saat dirinya mendokumentasikan potret-potret paling mengerikan dari berbagai sudut dunia.
Sekarang tinggallah foto warisannya yang ikonik itu, yang berkatnya pulalah mata dunia terbuka bahwa kelaparan di Sudan sangat luar biasa dan menjadi dikenal dunia secara internasional. Selalu ada sisi kisah yang lain yang kadang terlewat dan beberapa bahkan tidak pernah terungkap dan misterius selamanya.
Referensi:
https://allthatsinteresting.com/kevin-carter
https://id.wikipedia.org/wiki/Kevin_Carter
https://medium.com/@denislesak/how-the-vulture-and-the-little-girl-ultimately-led-to-the-death-of-kevin-carter-d9871c4137f2
Kasih komentar yaa.. Tanpa kalian apalah arti aku menulis. Kalian adalah penyemangat setiap kalimat demi kalimat yang kutulis, setiap artikel yang kuposting.. ;)
Perhatian: Mohon hargai penulis dengan tidak mengambil atau copy paste artikel di blog ini untuk dijadikan postingan blog/website ataupun konten Youtube. Terima kasih.. ^^
Posting Komentar untuk "Kisah di Balik Foto Kevin Carter : Burung Hering dan Gadis Kecil (The Struggling Girl)"