Misteri Surat Wasiat $12 Juta Dalam Botol
Pada tahun 1949, seorang karyawan restoran di California menemukan sebuah surat wasiat bernilai jutaan dollar di dalam sebuah botol yang ditemukannya di pantai. Dalam surat tersebut tertulis bahwa uang jutaan dollar yang tertera di dalam surat wasiat itu akan diberikan pada penemu botol tersebut...
Pada tanggal 16 Maret 1949, ketika Jack J. Wurm sedang menikmati jalan-jalan sore di pinggir sebuah pantai yang terletak dekat San Fransisco, ia tanpa sengaja melihat sebuah botol di atas pasir pantai tersapu ombak.
Jack Wurm hanyalah pria biasa. Ia bekerja di dapur sebuah restoran dan sehari-hari tinggal di sebuah rumah sewaan kecil bersama istrinya. Hidupnya biasa saja. Namun tampaknya sebentar lagi akan ada keberuntungan luar biasa yang akan menghampirinya.
Jack memungut botol itu dari atas pasir pantai. Jack baru sadar bahwa ada sesuatu di dalam botol tersebut, selembar kertas coklat. Jack lalu mengeluarkan kertas itu dan ia membaca isinya:
"Untuk menghindari semua kebingungan, saya menyerahkan seluruh harta saya kepada orang yang beruntung yang menemukan botol ini dan kepada pengacara saya, Barry Cohen, berbagi dan berbagi sama" -Daisy Alexander, 20 Juni 1937
Jack tak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Daisy Alexander? Sepertinya ini hanyalah sebuah lelucon, begitu pikir Jack saat itu. Meskipun begitu, ia menyimpan botol dan kertas warisan tersebut hingga tiga bulan kemudian terkuaklah siapa sebenarnya Daisy Alexander.
Jack menghadiri sebuah pesta dan di sana ia menceritakan tentang penemuannya kepada teman-temannya. Salah seorang dari temannya itu rupanya baru saja kembali dari bertugas di Inggris. Ia langsung mengenali nama Daisy Alexander. Menurutnya, wanita tersebut merupakan putri dari raja mesin jahit, Isaac Singer.
Menurut keterangannya, Daisy Alexander meninggal dunia pada tahun 1940 di usia 80 tahun. Ia meninggal dunia karena ledakan bom Jerman yang menghantam rumahnya di London. Rupanya wanita tersebut meninggal dunia tanpa anak dan tanpa surat wasiat, meninggalkan harta warisan senilai lebih dari $12 juta.
Baca juga: Kisah Aneh Peti Mati Charles Coghlan
Baca juga: Kisah Aneh Peti Mati Charles Coghlan
Pengacara Daisy Alexander, Berry Cohen, percaya bahwa wanita itu telah menuliskan surat wasiat sebelum kematiannya. Tetapi dokumen itu tak pernah ditemukannya, bahkan ia telah mempublikasikan mengenai kemungkinan Daisy Alexander memberikan surat wasiatnya pada seseorang. Jadi pengadilan pun belum memutuskan apa yang harus dilakukan dengan harta benda wanita itu yang jumlahnya sangat banyak.
Teman Jack tersebut kemudian mendesaknya untuk segera menghubungi Barry Cohen, pengacara Daisy Alexander untuk memberitahukan mengenai surat wasiat dalam botol tersebut. Karena tak yakin dengan alamat pengacara tersebut, Jack kemudian mengirimkan suratnya kepada kepala kantor pos Landon yang kemudian meneruskannya ke Cohen. Segera setelah itu Jack dan Cohen bertemu.
Setelah pertemuan tersebut, Jack kemudian mengirimkan salinan surat wasiat tersebut kepada pengacara Cohen, yang kemudian menyimpulkan bahwa surat wasiat itu asli. Jack akan mendapatkan sebagian besar harta Daisy Alexander segera setelah pengadilan Inggris meresmikannya.
Sebuah kisah yang menarik, bukan? tunggu sebentar, apakah kisah ini benar-benar nyata?
Kisah penemuan Jack Wurm ini sangat terkenal dan diceritakan berkali-kali baik itu di surat kabar, majalah, siaran radio, dan buku-buku. Namun kisah ini masih dipertanyakan. Banyak yang skeptis tentang kebenaran kisah ini. Banyak yang mempertanyakan apakah wanita bernama Daisy Alexander itu benar-benar tokoh nyata? Salah satu orang yang mempertanyakan hal ini adalah Kriske.
Pria ini menelusuri tentang Daisy Alexander yang menurut teman Jack merupakan putri tunggal Isaac Singer, seorang pengusaha mesin jahit Singer yang mendunia.
Baca juga: The Greenbrier Ghost, Kisah Hantu yang Mengungkap Kasus Pembunuhan
Faktanya Isaac Singer memiliki banyak anak, laki-laki dan perempuan, dan tak ada satu pun juga yang memiliki nama Daisy Alexander. Akhirnya kisah ini dimasukkan ke dalam legenda urban, dan bahkan situs website Singer Memories mengklaim kisah ini sebagai legenda urban. Lalu apakah kisah ini hanya sekedar legenda urban? Sepertinya kita tak bisa menyimpulkan dengan terburu-buru. Faktanya detail dari kisah ini sungguh benar adanya.
Baiklah, sekarang kita mulai dengan siapa sebenarnya Daisy Alexander yang disebut-sebut sebagai tokoh fiktif? Faktanya, wanita tersebut memang seorang wanita kaya raya bahkan hingga akhir masa hidupnya.
Daisy Alexander memang putri dari Isaac Singer (meskipun ia bukan anak semata wayang). Isaac Singer diketahui memiliki 10 orang anak, 6 laki-laki dan 4 perempuan. Empat anak perempuannya masing-masing bernama Winnareta Singer, Isabelle-Blanche Singer, Alice Eastwood Singer, dan Lilian Singer.
Daisy tampaknya adalah hanya nama panggilannya, yang membuat bingung kebanyakan orang karena memang Isaac Singer tak memiliki anak perempuan bernama Daisy. Namun nama ini adalah nama yang seringkali digunakannya. Daisy lalu diketahui menikah dengan Kapten Granville Alexander. Daisy kemudian mengubah namanya menjadi Daisy Alexander.
Daisy adalah seorang peracang fashion. Victoria and Albert Museum memiliki sebagian besar pakaian rancangan Daisy. Kapten Granville Alexander, suami Daisy meninggal dunia pada tahun 1931.
Sementara itu, Daisy meninggalkan sebuah lahan perkebunan senilai $12 juta, yang mendapatkan penghasilan bersih tahunan mencapai $160.000. Barry Cohen telah menjadi pengacara Daisy Alexander sejak tahun 1908 dan dia tahu bahwa wanita kaya itu telah membuat 4-5 surat wasiat pada tahun-tahun terakhir hidupnya. Tetapi sialnya, Cohen tak menemukan satu pun juga dari surat-surat tersebut.
Selama masa Perang Dunia, kementerian mengambil alih rumah tersebut, sehingga mempersulit pencarian surat. Namun kementerian tersebut mengizinkan Cohen untuk menggunakan detektor untuk memindai panel kalau-kalau ada brankas yang tersembunyi di rumah besar tersebut. Namun hasilnya nihil.
Cohen kemudian mencurigai pembantu rumah tangga Alexander yang bernama Alice Sage. Cohen menduga Sage mengetahui di mana surat wasiat itu disembunyikan. Tetapi ia juga tak bisa melacak keberadaan Alice Sage.
Seorang spiritualis menuliskan surat pada Cohen, memberitahunya bahwa hantu Daisy menceritakan padanya bahwa surat wasiat itu sebenarnya disembunyikan dalam vas hitam tinggi atau sofa emas Louis XIV. Cohen kemudian ingat bahwa Daisy memang memiliki barang-barang semacam itu, namu sebagian besarnya telah berpindah tangan ke toko-toko barang antik. Cohen mulai mencarinya, dan ia menemukan vas yang dimaksud. Namun tak ada apa pun di dalamnya.
Akhirnya, dengan semua keputusasaan Cohen dalam pencarian surat wasiat tersebut, Cohen mempekerjakan seorang peramal bernama Frederick Liston. Liston mencelupkan tangannya ke dalam air, kemudian menyapu semua bagian di dalam rumah dengan harapan mendapatkan petunjuk di mana surat wasiat tersebut. Tapi usaha ini pun sia-sia.
Sementara itu, kabar mengenai pencarian surat wasiat Daisy Alexander telah menyebar ke mana-mana. Pada periode tahun 1948-1949 ada banyak surat kabar yang memberitakan mengenai hal ini. Hasilnya adalah mulai bermunculan orang-orang yang menuntut uang warisan Daisy Alexander. Orang-orang tersebut mulai dari kerabat yang telah lama hilang di bagian utara New York, orang-orang yang dahulu pernah tinggal di sekitar Isaac Singer, hingga orang-orang yang mengaku-ngaku memiliki garis keturunan dengan Isaac Singer.
Baca juga: Misteri The Talking Mongoose (Kasus Dalby Spook)
Menurut Cohen, Daisy memang memiliki minat yang aneh pada komunikasi melalui botol yang mengambang. Teman Daisy, Lady Stanley, juga mengetahui bahwa wanita itu sangat tertarik pada botol-botol yang mengapung.
Apakah Surat Wasiat itu Tipuan?
Ada kemungkinan Daisy Alexander menuliskan surat wasiat tersebut, namun keadaannya membuatnya menjadi mustahil. Pertama, jika memang wanita tersebut melemparkan botol ke Sungai Thames, tampaknya terlalu aneh jika botol tersebut kemudian bisa sampai ke pantai di San Fransisco. Itu artinya botol tersebut mengambil rute kutub utara dan melalui Selat Bering.
Kedua adalah waktu penemuan yang sangat mencurigakan. Faktanya memang Wurm menemukan surat itu ketika berita mengenai wasiat Daisy Alexander tengah hangat-hangatnya. Bisa jadi seseorang membuat surat tersebut setelah terinspirasi oleh berita-berita itu. Lalu siapa yang memalsukannya?
Mungkin seseorang yang tinggal di daerah San Fransisco membaca mengenai surat wasiat tersebut, lalu memasukkan surat wasiat palsu ke dalam botol dan melemparkannya ke teluk di tempat Wurm menemukan botol tersebut.
Atau mungkin Wurm telah bekerja sama dengan seseorang yang menciptakan gagasan tersebut. Wurm lalu tampil di publik sebagai penemu. Orang itu bisa jadi adalah teman Wurm di pesta yang pernah bertugas di Inggris, yang mengaku mengetahui perihal Daisy Alexander. Bisa jadi dialah dalang dari ini semua.
Setelah banyak liputan media pada tahun 1949, pelan namun pasti penemuan Wurm kemudian lambat laun dilupakan orang. Sampai akhirnya seorang repoter bernama Alan Hynd memutuskan untuk melacak keberadaan Wurm pada tahun 1954 untuk mencari tahu mengenai status surat warisannya tersebut.
Wurm rupanya masih bekerja di dapur restoran di San Fransisco. Warisan itu sendiri telah selesai tahun 1954. Pengadilan Inggris telah memutuskan menjadikan keponakan Alexander sebagai ahli waris utama.
Wurm sendiri meninggalkan San Fransisco dan menghabiskan masa pensiunnya di Minnesota. Ia meninggal dunia di sana tahun 1987, tanpa pernah melihat sepeser pun uang warisan Daisy Alexander.
Referensi:
http://hoaxes.org/weblog/comments/12_million_message
Kisah penemuan Jack Wurm ini sangat terkenal dan diceritakan berkali-kali baik itu di surat kabar, majalah, siaran radio, dan buku-buku. Namun kisah ini masih dipertanyakan. Banyak yang skeptis tentang kebenaran kisah ini. Banyak yang mempertanyakan apakah wanita bernama Daisy Alexander itu benar-benar tokoh nyata? Salah satu orang yang mempertanyakan hal ini adalah Kriske.
Pria ini menelusuri tentang Daisy Alexander yang menurut teman Jack merupakan putri tunggal Isaac Singer, seorang pengusaha mesin jahit Singer yang mendunia.
Baca juga: The Greenbrier Ghost, Kisah Hantu yang Mengungkap Kasus Pembunuhan
Faktanya Isaac Singer memiliki banyak anak, laki-laki dan perempuan, dan tak ada satu pun juga yang memiliki nama Daisy Alexander. Akhirnya kisah ini dimasukkan ke dalam legenda urban, dan bahkan situs website Singer Memories mengklaim kisah ini sebagai legenda urban. Lalu apakah kisah ini hanya sekedar legenda urban? Sepertinya kita tak bisa menyimpulkan dengan terburu-buru. Faktanya detail dari kisah ini sungguh benar adanya.
Baiklah, sekarang kita mulai dengan siapa sebenarnya Daisy Alexander yang disebut-sebut sebagai tokoh fiktif? Faktanya, wanita tersebut memang seorang wanita kaya raya bahkan hingga akhir masa hidupnya.
Salah satu rancangan Daisy Alexander |
Daisy Alexander memang putri dari Isaac Singer (meskipun ia bukan anak semata wayang). Isaac Singer diketahui memiliki 10 orang anak, 6 laki-laki dan 4 perempuan. Empat anak perempuannya masing-masing bernama Winnareta Singer, Isabelle-Blanche Singer, Alice Eastwood Singer, dan Lilian Singer.
Daisy tampaknya adalah hanya nama panggilannya, yang membuat bingung kebanyakan orang karena memang Isaac Singer tak memiliki anak perempuan bernama Daisy. Namun nama ini adalah nama yang seringkali digunakannya. Daisy lalu diketahui menikah dengan Kapten Granville Alexander. Daisy kemudian mengubah namanya menjadi Daisy Alexander.
Daisy adalah seorang peracang fashion. Victoria and Albert Museum memiliki sebagian besar pakaian rancangan Daisy. Kapten Granville Alexander, suami Daisy meninggal dunia pada tahun 1931.
Sementara itu, Daisy meninggalkan sebuah lahan perkebunan senilai $12 juta, yang mendapatkan penghasilan bersih tahunan mencapai $160.000. Barry Cohen telah menjadi pengacara Daisy Alexander sejak tahun 1908 dan dia tahu bahwa wanita kaya itu telah membuat 4-5 surat wasiat pada tahun-tahun terakhir hidupnya. Tetapi sialnya, Cohen tak menemukan satu pun juga dari surat-surat tersebut.
Berita kematian Daisy Alexander |
Selama masa Perang Dunia, kementerian mengambil alih rumah tersebut, sehingga mempersulit pencarian surat. Namun kementerian tersebut mengizinkan Cohen untuk menggunakan detektor untuk memindai panel kalau-kalau ada brankas yang tersembunyi di rumah besar tersebut. Namun hasilnya nihil.
Cohen kemudian mencurigai pembantu rumah tangga Alexander yang bernama Alice Sage. Cohen menduga Sage mengetahui di mana surat wasiat itu disembunyikan. Tetapi ia juga tak bisa melacak keberadaan Alice Sage.
Seorang spiritualis menuliskan surat pada Cohen, memberitahunya bahwa hantu Daisy menceritakan padanya bahwa surat wasiat itu sebenarnya disembunyikan dalam vas hitam tinggi atau sofa emas Louis XIV. Cohen kemudian ingat bahwa Daisy memang memiliki barang-barang semacam itu, namu sebagian besarnya telah berpindah tangan ke toko-toko barang antik. Cohen mulai mencarinya, dan ia menemukan vas yang dimaksud. Namun tak ada apa pun di dalamnya.
Akhirnya, dengan semua keputusasaan Cohen dalam pencarian surat wasiat tersebut, Cohen mempekerjakan seorang peramal bernama Frederick Liston. Liston mencelupkan tangannya ke dalam air, kemudian menyapu semua bagian di dalam rumah dengan harapan mendapatkan petunjuk di mana surat wasiat tersebut. Tapi usaha ini pun sia-sia.
Frederick Liston |
Sementara itu, kabar mengenai pencarian surat wasiat Daisy Alexander telah menyebar ke mana-mana. Pada periode tahun 1948-1949 ada banyak surat kabar yang memberitakan mengenai hal ini. Hasilnya adalah mulai bermunculan orang-orang yang menuntut uang warisan Daisy Alexander. Orang-orang tersebut mulai dari kerabat yang telah lama hilang di bagian utara New York, orang-orang yang dahulu pernah tinggal di sekitar Isaac Singer, hingga orang-orang yang mengaku-ngaku memiliki garis keturunan dengan Isaac Singer.
Baca juga: Misteri The Talking Mongoose (Kasus Dalby Spook)
Menurut Cohen, Daisy memang memiliki minat yang aneh pada komunikasi melalui botol yang mengambang. Teman Daisy, Lady Stanley, juga mengetahui bahwa wanita itu sangat tertarik pada botol-botol yang mengapung.
Apakah Surat Wasiat itu Tipuan?
Ada kemungkinan Daisy Alexander menuliskan surat wasiat tersebut, namun keadaannya membuatnya menjadi mustahil. Pertama, jika memang wanita tersebut melemparkan botol ke Sungai Thames, tampaknya terlalu aneh jika botol tersebut kemudian bisa sampai ke pantai di San Fransisco. Itu artinya botol tersebut mengambil rute kutub utara dan melalui Selat Bering.
Kedua adalah waktu penemuan yang sangat mencurigakan. Faktanya memang Wurm menemukan surat itu ketika berita mengenai wasiat Daisy Alexander tengah hangat-hangatnya. Bisa jadi seseorang membuat surat tersebut setelah terinspirasi oleh berita-berita itu. Lalu siapa yang memalsukannya?
Mungkin seseorang yang tinggal di daerah San Fransisco membaca mengenai surat wasiat tersebut, lalu memasukkan surat wasiat palsu ke dalam botol dan melemparkannya ke teluk di tempat Wurm menemukan botol tersebut.
Jack Wurm dan temuannya dalam sebuah berita di surat kabar |
Atau mungkin Wurm telah bekerja sama dengan seseorang yang menciptakan gagasan tersebut. Wurm lalu tampil di publik sebagai penemu. Orang itu bisa jadi adalah teman Wurm di pesta yang pernah bertugas di Inggris, yang mengaku mengetahui perihal Daisy Alexander. Bisa jadi dialah dalang dari ini semua.
Setelah banyak liputan media pada tahun 1949, pelan namun pasti penemuan Wurm kemudian lambat laun dilupakan orang. Sampai akhirnya seorang repoter bernama Alan Hynd memutuskan untuk melacak keberadaan Wurm pada tahun 1954 untuk mencari tahu mengenai status surat warisannya tersebut.
Wurm rupanya masih bekerja di dapur restoran di San Fransisco. Warisan itu sendiri telah selesai tahun 1954. Pengadilan Inggris telah memutuskan menjadikan keponakan Alexander sebagai ahli waris utama.
Wurm sendiri meninggalkan San Fransisco dan menghabiskan masa pensiunnya di Minnesota. Ia meninggal dunia di sana tahun 1987, tanpa pernah melihat sepeser pun uang warisan Daisy Alexander.
Referensi:
http://hoaxes.org/weblog/comments/12_million_message
Posting Komentar untuk "Misteri Surat Wasiat $12 Juta Dalam Botol"