Brian Wells dan Kasus Perampokan yang Aneh (Pizza Bomber)
Seorang pria paruh baya berjalan masuk ke dalam sebuah bank. Di lehernya tergantung sebuah bom. Ia hendak merampok bank tersebut. Anehnya dua jam sebelumnya pria ini hanyalah pria pengantar pizza biasa yang ditugasi bosnya mengantarkan pesanan. Kasus perampokan ini kemudian akan menjadi salah satu kasus perampokan paling aneh dalam sejarah Amerika.
Semuanya bermula pada kamis siang tanggal 28 Agustus 2003. Hari itu cuaca cerah di Erie, Pennsylvania. Sekitar pukul 2 siang itu, telepon yang berada di luar Mama Mia's Pizzeria berdering. Pemilik restoran tersebut, Tony Ditmo mengangkatnya seperti biasanya.
Seorang pria berbicara dari seberang telepon memesan dua small pie sausage dan pepperoni. Pria itu meminta agar pesanannya tersebut diantarkan ke 8631 Peach Street. Angin bertiup cukup kencang dan suara di telepon tak terdengar jelas. Tony juga tak cukup mengerti dengan alamat yang dikatakan pria itu. Ia lalu memberikan telepon tersebut pada salah satu karyawannya, Brian Douglas Wells.
Brian Wells |
Brian Wells bekerja sebagai pengantar pizza di restoran tersebut. Setelah mengerti alamat yang dimaksudkan, ia pun segera berangkat mengantarkan pesanan dengan mobil Geo Metro miliknya.
Alamat yang dimaksud sang penelepon sebenarnya agak aneh. Lokasi tempat itu berada di ujung jalan di mana pohon-pohon besar tumbuh. Tak ada rumah atau bangunan di sekitarnya, yang ada hanyalah jalanan berlumpur.
Sekitar pukul 4 sore harinya, Tony kembali menerima panggilan telepon. Kali ini yang menghubungi adalah FBI. Dalam percakapan telepon itu, FBI menginformasikan bahwa pengantar pizza restorannya, Brian Wells tewas. Awalnya Tony tak percaya dengan kabar tersebut. Namun saat ia menyalakan televisi, ia mendapati sesuatu yang tak masuk akal.
Dalam sebuah berita sore, ia melihat Brian Wells, masuk ke PNC Bank yang terletak di Summit Town Plaza. Ia merampok bank itu dengan sebuah bom dibalik kaos melingkar di lehernya. Bom itu sendiri berbentuk agak aneh. Menurut kepolisian mereka belum pernah melihat bom semacam itu di Amerika sebelumnya. Wells terlihat berdiri di depan seorang teller dan memberikan secarik kertas yang bertuliskan bahwa ia meminta uang sebesar $250.000 yang harus disiapkan dalam waktu 15 menit.
Brian Wells saat merampok bank |
Teller itu kemudian meneriakkan kata "Audrey" yang merupakan kata isyarat bahwa bank tengah dirampok. Beberapa karyawan kemudian meminta para nasabah untuk segera meninggalkan bank tersebut dengan sebuah isyarat. Tak ada raut wajah gugup, panik, atau pun ketakutan. Wells bahkan berjalan ke sana kemari dengan sebuah lolipop di mulutnya.
PNC Bank tak mampu menyanggupi permintaan Brian Wells untuk mengumpulkan uang sebanyak itu. Jadi ia hanya menerima uang cash sebesar $8.702. Wells kemudian hendak pergi meninggalkan PNC Bank.
Tak berapa lama kemudian petugas datang dan menborgol Wells. Wells memberitahukan polisi perihal bom yang ada di tubuhnya. Polisi kemudian berjaga-jaga sambil menunggu petugas penjinak bom datang ke lokasi. Wells terlihat dalam posisi duduk di antara mobil-mobil polisi. Sementara petugas mengawasinya dari kejauhan. Wells kemudian berteriak bahwa bom itu akan segera meledak.
Brian Wells terduduk dengan sebuah bom tergantung di lehernya |
Pukul 3.18 siang, bom itu meledak. Brian Wells tewas di tempat, bagian dadanya hancur. Repoter Erie Times News, Kara Rhodes melihat langsung peristiwa di TKP saat itu. Polisi menemukan 8 buah catatan yang berisi cara untuk melepaskan diri dari bom tersebut. "Act Now, Think Later Or You Will Die" isi dari salah satu kertas tersebut.
Menurut pengakuan Tony, bos Brian Wells, Wells adalah seorang karyawan yang baik dan rajin. Brian sendiri adalah seorang pria 46 tahun dengan tinggi sekitar 160cm dan rambut botak pada bagian tengahnya.
Brian tinggal seorang diri bersama kucing-kucingnya di sebuah kamar kontrakan. Pemilik kontrakan tersebut, Linda Payne menggambarkan Brian Wells sebagai orang biasa, tak ada yang aneh dengan pria tersebut. Wells juga pribadi yang suka menolong. Ia biasanya sarapan di McDonalds sambil membaca koran sebelum berangkat bekerja.
Lalu bagaimana bisa pria pekerja keras dan baik itu tiba-tiba berubah menjadi perampok bank dengan mengenakan bom di lehernya? Apa yang sebenarnya terjadi saat ia mengantarkan pesanan ke 8631 Peach Street?
Polisi yang melakukan investigasi kemudian mendapati alamat tempat Brian Wells mengantarkan pesanan itu rupanya bukanlah sebuah rumah melainkan sebuah menara pemancar stasiun televisi. Lokasinya sendiri agak terpencil. Nyaris tak ada rumah atau bangunan di dekatnya, yang ada hanyalah barisan pohon-pohon besar di sekitarnya dengan jalanan yang cukup berlumpur.
Sekitar pukul 2.20 siang itu, Brian kemudian mengemudikan mobilnya menuju Bank PNC yang terletak 2 mil dari Peach Street. Kala itu Brian memakai kaos putih bertuliskan kata "GUESS" yang cukup besar di depannya. Kaos itu sendiri bukan milik Brian dan sebuah bom kalung menggantung di lehernya di balik kaos tadi.
Seseorang atau beberapa orang memberi insruksi kepada Brian untuk masuk ke dalam bank tersebut dengan membawa serta senjata yang telah disiapkan. Brian ditugaskan untuk merampok bank dengan catatan tidak menimbulkan keributan. Namun jika ada yang melawan atau mencoba melarikan diri, maka ia boleh menembak.
Kejadiannya begitu cepat hingga nyawa pria paruh baya itu berakhir di lahan parkir dengan dada hancur akibat ledakan bom yang tergantung di lehernya.
Ketika polisi mengumpulkan barang bukti, didapatkan beberapa lembar kertas berisi instruksi apa yang harus dilakukan oleh Brian, termasuk di dalamnya perintah untuk berkendara keliling kota untuk mengumpulkan petunjuk dan sandi agar ia dapat melumpuhkan bom yang terpasang di lehernya.
Tersangka 1
Tersangka yang diduga ada di balik peristiwa ini adalah seorang pria bernama William A. Rothstein. Ia adalah seorang penimbun barang. Ia biasanya mengenakan pakaian setelan dengan saku di bagian dadanya. Pada saku tersebut berisi catatan dan pena. Pria yang merupakan mantan teknisi ini diketahui menguasai beberapa bahasa asing.
Sekitar sebulan setelah peristiwa perampokan tersebut, Rothstein menghubungi polisi dan mengatakan bahwa di 8645 Peach Street terdapat mayat yang didimpan di dalam pendingin di sebuah bagasi.
Hal yang mengejutkan adalah alamat itu adalah alamat Rothstein sendiri dan ia mengaku telah menyimpan mayat tersebut atas permintaan seorang teman yang bernama Marjorie Diehl-Amstrong. Mayat yang disimpan itu tak lain adalah kekasih Marjorie yang bernama James Roden yang tewas ditembak Marjorie tanggal 13 Agustus.
Lalu apa hubungannya kasus William, Marjorie, dengan Brian Wells? Baiklah, rupanya rumah milik William adalah satu-satunya rumah yang ada di lokasi di mana Brian mengantarkan pizza terakhir kalinya. Rumah itu hanya berjarak 5 menit saja dari stasiun pemancar tv tersebut.
Selain itu pula, telepon yang digunakan untuk memesan pizza di resoran tempat Brian Wells bekerja adalah telepon umum yang berada di pom bensin yang hanya berjarak setengah mil dari rumah William. Tampaknya pria yang memesan pizza itu tak lain adalah William Rothstein.
Pada saat polisi melakukan penggeledahan di rumah William, polisi juga mendapati berbagai peralatan listrik, tumpukan mesin, dan alat-alat las. Tampaknya William memiliki kemungkinan untuk membuat bom yang dipasangkan ke tubuh Brian Wells di hari perampokan tersebut.
Tersangka 2Menurut pengakuan Tony, bos Brian Wells, Wells adalah seorang karyawan yang baik dan rajin. Brian sendiri adalah seorang pria 46 tahun dengan tinggi sekitar 160cm dan rambut botak pada bagian tengahnya.
Brian tinggal seorang diri bersama kucing-kucingnya di sebuah kamar kontrakan. Pemilik kontrakan tersebut, Linda Payne menggambarkan Brian Wells sebagai orang biasa, tak ada yang aneh dengan pria tersebut. Wells juga pribadi yang suka menolong. Ia biasanya sarapan di McDonalds sambil membaca koran sebelum berangkat bekerja.
Lalu bagaimana bisa pria pekerja keras dan baik itu tiba-tiba berubah menjadi perampok bank dengan mengenakan bom di lehernya? Apa yang sebenarnya terjadi saat ia mengantarkan pesanan ke 8631 Peach Street?
Polisi yang melakukan investigasi kemudian mendapati alamat tempat Brian Wells mengantarkan pesanan itu rupanya bukanlah sebuah rumah melainkan sebuah menara pemancar stasiun televisi. Lokasinya sendiri agak terpencil. Nyaris tak ada rumah atau bangunan di dekatnya, yang ada hanyalah barisan pohon-pohon besar di sekitarnya dengan jalanan yang cukup berlumpur.
Sekitar pukul 2.20 siang itu, Brian kemudian mengemudikan mobilnya menuju Bank PNC yang terletak 2 mil dari Peach Street. Kala itu Brian memakai kaos putih bertuliskan kata "GUESS" yang cukup besar di depannya. Kaos itu sendiri bukan milik Brian dan sebuah bom kalung menggantung di lehernya di balik kaos tadi.
Seseorang atau beberapa orang memberi insruksi kepada Brian untuk masuk ke dalam bank tersebut dengan membawa serta senjata yang telah disiapkan. Brian ditugaskan untuk merampok bank dengan catatan tidak menimbulkan keributan. Namun jika ada yang melawan atau mencoba melarikan diri, maka ia boleh menembak.
Salah satu kertas berisi instruksi dan peta yang ditemukan di mobil Brian Wells |
Kejadiannya begitu cepat hingga nyawa pria paruh baya itu berakhir di lahan parkir dengan dada hancur akibat ledakan bom yang tergantung di lehernya.
Ketika polisi mengumpulkan barang bukti, didapatkan beberapa lembar kertas berisi instruksi apa yang harus dilakukan oleh Brian, termasuk di dalamnya perintah untuk berkendara keliling kota untuk mengumpulkan petunjuk dan sandi agar ia dapat melumpuhkan bom yang terpasang di lehernya.
Tersangka 1
Tersangka yang diduga ada di balik peristiwa ini adalah seorang pria bernama William A. Rothstein. Ia adalah seorang penimbun barang. Ia biasanya mengenakan pakaian setelan dengan saku di bagian dadanya. Pada saku tersebut berisi catatan dan pena. Pria yang merupakan mantan teknisi ini diketahui menguasai beberapa bahasa asing.
William Rothstein |
Sekitar sebulan setelah peristiwa perampokan tersebut, Rothstein menghubungi polisi dan mengatakan bahwa di 8645 Peach Street terdapat mayat yang didimpan di dalam pendingin di sebuah bagasi.
Hal yang mengejutkan adalah alamat itu adalah alamat Rothstein sendiri dan ia mengaku telah menyimpan mayat tersebut atas permintaan seorang teman yang bernama Marjorie Diehl-Amstrong. Mayat yang disimpan itu tak lain adalah kekasih Marjorie yang bernama James Roden yang tewas ditembak Marjorie tanggal 13 Agustus.
Lalu apa hubungannya kasus William, Marjorie, dengan Brian Wells? Baiklah, rupanya rumah milik William adalah satu-satunya rumah yang ada di lokasi di mana Brian mengantarkan pizza terakhir kalinya. Rumah itu hanya berjarak 5 menit saja dari stasiun pemancar tv tersebut.
Jarak antara rumah Rothstein dengan tempat Brian Wells mengantarkan pizza |
Selain itu pula, telepon yang digunakan untuk memesan pizza di resoran tempat Brian Wells bekerja adalah telepon umum yang berada di pom bensin yang hanya berjarak setengah mil dari rumah William. Tampaknya pria yang memesan pizza itu tak lain adalah William Rothstein.
Pada saat polisi melakukan penggeledahan di rumah William, polisi juga mendapati berbagai peralatan listrik, tumpukan mesin, dan alat-alat las. Tampaknya William memiliki kemungkinan untuk membuat bom yang dipasangkan ke tubuh Brian Wells di hari perampokan tersebut.
Marjorie Diehl-Amstrong sendiri telah memiliki reputasi sebagai pembunuh. Pada tahun 1984, Marjorie pernah menembak hingga tewas kekasihnya yang bernama Robert Thomas. Namun ia sendiri dibebaskan saat itu karena ia dianggap sebagai korban pelecehan.
Marjorie sendiri saat sekolah adalah siswa yang cerdas, namun ia memiliki penyakit mental seperti Bipolar Disorder, Narcissism, dan juga Paranoia. Orang-orang yang menderita penyakit semacam ini biasanya memiliki perilaku dan mood yang cepat berubah.
Marjorie Diehl-Amstrong |
Marjorie tampaknya cocok dengan profil orang yang melakukan kejahatan seperti kasus Brian Wells. Bila William Rothstein bertugas merakit bom, maka Marjorie adalah otak yang merencanakan kasus ini. Lalu Brian Wells bertugas sebagai eksekutor.
Pertanyaannya, Brian Wells murni hanya korban atau ia juga turut terlibat merencanakan. Namun jika dicermati dari tempat di mana Wells mengantarkan pizza, tidak ada sama sekali tanda-tanda bahwa ia mengalami penyerangan dan pemaksaan untuk mengenakan kalung bom tersebut. Ia juga tampak sangat tenang saat melakukan perampokan. Maka kemungkinan yang tersisa adalah ia adalah konspirator atas kematiannya sendiri.
Tony Ditmo, bos Brian Wells sendiri mengaku sedih. Ia tak menyangka karyawan yang telah 10 tahun bekerja padanya itu bisa melakukan hal yang tak terduga seperti itu. Menurutnya Brian adalah pria baik dan seorang karyawan yang disiplin dan berdedikasi tinggi. Tony juga menyayangkan seharusnya jika Brian memang membutuhkan uang, ia bisa meminta itu kepadanya, tidak dengan melakukan perampokan yang berakhir dengan kematiannya sendiri.
Referensi :
https://coolinterestingstuff.com/strange-heists-brian-wells-robbery-aka-pizza-bomber
https://www.historyhit.com/the-case-of-brian-douglas-wells-and-americas-most-bizarre-bank-robbery/
https://www.kaskus.co.id/thread/5c618cb1337f936ad84cc162/?ref=profile&med=thread
Posting Komentar untuk "Brian Wells dan Kasus Perampokan yang Aneh (Pizza Bomber)"