7 Catatan Unik Penjelajahan Ibnu Batutah
Nama Ibnu Batutah mungkin tidaklah setenar Marcopolo atau Christopher Columbus. Tanyakan pada anak-anak sekolah, mereka pasti lebih kenal nama Columbus atau Vasco da Gama. Namun jarak penjelajahan pria muslim ini jauh melampaui Marcopolo, dan bahkan lebih dulu melalang buana ke berbagai belahan dunia yaitu lebih dari 150 tahun daripada Columbus. Inilah penjelajahan mengagumkan Ibnu Batutah dan catatan-catatan uniknya selama berkeliling dunia pada abad 14.
Ibnu Batutah memiliki nama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah Al-Lawati At-Tanji bin Batutah adalah seorang penjelajah, ahli botani, ahli hukum, dan cendekiawan yang berasal dari Maroko.
Ibnu Batutah |
Ibnu Batutah lahir di Tangier tahun 1304. Pada tahun 1325 saat berusia 21 tahun, dirinya memutuskan untuk berangkat dari tanah kelahirannya untuk menunaikan ibadah haji (saat itu membutuhkan waktu 16 bulan). Didasari dengan tekad yang kuat dan impian yang telah lama terpendam, setelah menunaikan ibadah haji, dirinya memutuskan untuk mulai melakukan perjalanan ke berbagai tempat asing.
Baca juga : 7 Bukti Columbus Bukanlah Penemu Amerika
Baca juga : 7 Bukti Columbus Bukanlah Penemu Amerika
Perjalanan itu meliputi wilayah-wilayah dengan mayoritas penduduk Islam, hingga tempat-tempat yang bahkan belum pernah dijajaki oleh para pengembara lainnya. Lebih dari 40 negara telah disinggahi Ibnu Batutah dalam penjelajahannya seorang diri. Mulai dari Utara dan Barat Afrika, Pakistan, India, Maldives, Tanduk Afrika, Sri Langka, Maldives, Asia Selatan, Asia Tenggara, Persia, Konstantinopel, China, Turki, Yerusalem, hingga Spanyol.
Tanda kuning adalah negara-negara yang disinggahi oleh Ibnu Batutah |
Ibnu Batutah telah menjelajahi dunia sejauh 73.000 mil atau 117.000 km selama perjalanannya yang memakan waktu kurang lebih 30 tahun. Begitu kembali ke kampung halamannya di Maroko, atas permintaan Merinid Sultan Abu Inan, Ibnu Batutah diminta menceritakan kembali kisah perjalanannya pada sekretarisnya yang bernama Ibnu Djozay untuk dituliskan secara lengkap. Kisah perjalanan Ibnu Batutah kemudian dibukukan dan diberi judul "Hadiah bagi Para Pemerhati Negeri-Negeri Aneh dan Pengalaman-Pengalaman Ajaib".
Ibnu Batutah meninggal dunia di Mannakesh, Maroko pada sekitar tahun1368-1369. Catatan perjalanan Ibnu Batutah kemudian banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa di dunia. Defremey dan Sanguinetty menterjemahkan kisah Ibnu Batutah ke dalam bahasa Perancis.
Makam Ibnu Batutah |
Kisah perjalanan menakjubkan Ibnu Batutah yang kemudian banyak menginspirasi penjelajah-penjelajah setelahnya juga diterjemahkan dalam versi Bahasa Inggris oleh H.R. Gibb. Dalam kisahnya, Ibnu Batutah banyak memiliki berbagai cerita dan catatan unik. Berikut ini adalah 7 catatan unik penjelajahan Ibnu Batutah.
Selama perjalanannya, Ibnu Batutah seringkali bepergian bersama rombongan kafilah untuk menghindari tindakan perampokan. Maklum saja, ia melakukan perjalanan seorang diri. Namun pernah suatu ketika saat tengah berjalan sendirian, dirinya diburu oleh orang lokal yang masih cukup primitif selama 8 hari.
Ibnu Batutah berhasil ditangkap. Ia dilucuti. Semua barang bawaannya dirampas dan hanya menyisakan pakaian yang dikenakannya dan selembar sajadah untuk salat. Namun Ibnu Batutah berhasil melarikan diri ke Malabar. Di sana ia menjadi Qadi atau juri, yang memang biasa menjadi profesinya di tempat-tempat yang disinggahinya.
2. Melarikan Diri dari Bajak Laut
Ibnu Batutah melakukan penjelajahan dengan melewati jalan darat dan laut. Bahkan pernah suatu ketika ia harus berada di atas kapal selama 25 hari dari India menuju Pantai Arahan.
Nah, pernah suatu ketika saat melakukan perjalanan dari Alexandria menuju Maghreb, ia ditawan oleh para pembajak laut Eropa. Bukan sekali, tapi dua kali. Dan Ibnu Batutah berhasil melarikan diri dan selamat dari para pembajak laut itu. Penjelajahannya memang penuh resiko dan bahaya, namun tampaknya hal itu tak menyurutkan langkahnya untuk terus berpetualang ke berbagai negeri di seuruh dunia.
Ibnu Batutah berlayar sepanjang Pantai Arahan dan tiba di wilayah kekuasaan Samudera Pasai (Aceh). Ia sempat singgah beberapa hari di bumi Nusantara sebelum akhirnya meneruskan perjalanannya ke Kanton dengan melewati Malaysia dan Kamboja. Ibnu Batutah dua kali singgah di Aceh yaitu pada saat akan berangkat ke China, dan setelah pulang dari China.
Dalam catatannya, Ibnu Batutah mengatakan Aceh sebagai Jawa. Karena saat itu di Nusantara nama wilayah Jawa adalah negeri yang terkenal di kalangan para saudagar dunia. Ibnu Batutah menuliskan pengalaman menariknya selama di bumi Aceh. Ia berkata bahwa Aceh adalah pulau yang subur dengan hamparan hijau. Ia juga mengatakan banyak sekali pohon-pohonan tumbuh subur seperti pohon kelapa, cengkeh, gaharu, dan tebu.
Ibnu Batutah singgah di Aceh sekitar tahun 1345. Ia sangat mengagumi perkembangan Islam yang sangat pesat di sana. Selain itu juga, Raja Pasai yang bernama Al-Malik Az-Zahir rupanya sangat fasih berbahasa Arab.
Dalam pandangan Ibnu Batutah, sang raja adalah sosok alim dengan pengetahuan luas. Raja yang bermazhab Syafi'i itu juga sangat ramah dan bahkan mengirim utusannya secara khusus untuk menjemput Batutah saat kedatangannya.
4. Pengalaman di Sri Langka
Ibnu Batutah mengisahkan persinggahannya di negeri Sri Langka dan membekas dalam ingatannya. Perjalanan Ibnu Batutah bukan hanya sekedar penjelajahan, namun ia juga mengamati kebudayaan, adat istiadat, kondisi poliik, ekonomi, hingga hewan dan tanama unik di suatu tempat. Perlu diketahui bahwa Ibnu Batutah juga seorang ahli botani.
Saat berada di sini, Ibnu Batutah melihat masyarakat di sana mayoritas beragama Budha, namun sangat menghormati umat Muslim. Ia juga menceritakan bagaimana masyarakat di sana seringkali memberi makanan pada awak kapal yang singgah dan memberi mereka tempat menginap serta menjaga para tamu meskipun mereka seorang muslim.
Beda negeri, beda pula kebudayaannya. Saat singgah di Turki, Ibnu Batutah sempat merasa heran karena tempat ini sangat aman dari pencurian. Begitu amannya, sampai-sampai masyarakat bebas meninggalkan hewan ternaknya tanpa penjaga ataupun domba-domba.
Melihat hal ini, Ibnu Batuah yang juga menjadi qadi kemudian bertanya pada masyarakat sekitar. Rupa-rupanya di negeri itu ada suatu hukum unik yang bukan haya membuat jera para pencuri, namun juga membuat orang-orang yang berniat melakukannya jadi berpikir puluhan kali.
Pasalnya, di negeri ini ditetapkan sebuah hukum yang cukup unik. Bila seseorang tertangkap mencuri seekor hewan ternak, maka ia diwajibkan mengganti 9 ekor hewan ternak yang sama. Lalu bagaimana jika si pencuri tidak mampu menggantinya? Maka anak laki-lakinya akan diambil..
Ibnu Batutah mengunjungi China setelah mampir di tanah Nusantara. Di China dirinya sangat terkesan dengan porselen yang diproduksi oleh negeri tirai bambu itu. Selain itu pula ayamnya sangat menarik perhatian Ibnu Batutah. Pasalnya ayam-ayam di sana, seperti diceritakannya, berukuran sangat besar. Bahkan telur-telurnya berukuran lebih besar dari elur angsa pada umumnya. Satu ekor ayam jika dimasak maka akan membutuhkan sampai dua jelanga, karena tak cukup ditempatkan di satu jelanga saja karena begitu besarnya ayam di sana.
Selain ayam-ayam tadi, Ibnu Batutah juga sangat terkesan dengan kapal-kapal China yang memiliki ribuan pelaut di dalamnya. Ibnu Batutah juga memuji masyarakat China sebagai pribadi yang suka bekerja keras dan berbakat.
7. Konstantinopel yang Indah
Ketika menginjakkan kakinya di Konstantinopel, Ibnu Batutah terkesan dengan kota Konstantinopel yang menurutnya besar dan maju. Di kota itu sangat banyak terdapat pendeta dan biarawati. Ia sangat mengagumi keindahan Gereja Saint Sophia yang berdiri menjulang di tengah kota.
Selama perjalanannya sebenarnya Ibnu Batutah agak jarang menuliskannya di buku hariannya. Ia hanya menulis sesekali dan selebihnya diingatnya dan tersimpan di benaknya. Apalagi jika pengalaman itu sangat berkesan. Buku yang disusun berdasarkan pengalaman penjelajahannya ini kemudian tersebar di negara-negara Arab hingga ke tanah Eropa.
7. Konstantinopel yang Indah
Hagia Sophia |
Ketika menginjakkan kakinya di Konstantinopel, Ibnu Batutah terkesan dengan kota Konstantinopel yang menurutnya besar dan maju. Di kota itu sangat banyak terdapat pendeta dan biarawati. Ia sangat mengagumi keindahan Gereja Saint Sophia yang berdiri menjulang di tengah kota.
Selama perjalanannya sebenarnya Ibnu Batutah agak jarang menuliskannya di buku hariannya. Ia hanya menulis sesekali dan selebihnya diingatnya dan tersimpan di benaknya. Apalagi jika pengalaman itu sangat berkesan. Buku yang disusun berdasarkan pengalaman penjelajahannya ini kemudian tersebar di negara-negara Arab hingga ke tanah Eropa.
Posting Komentar untuk "7 Catatan Unik Penjelajahan Ibnu Batutah"