Misteri Kain Kafan Turin
Tahun 1898 seorang fotografer amatir diizinkan mengambil gambar dari sebuah kain kafan yang sedang dipamerkan di Katedral Turin, Italia. Betapa terkejutnya fotografer tersebut sampai hampir memecahkan piringan fotografi tatkala melihat hasil dari negatif fotonya pada malam hari. Di sana terlihat jelas gambar seorang manusia yang diduga adalah Yesus..
Kain Kafan Turin (Shroud of Turin) atau kain kafan dari Torino sebenarnya hanyalah kain kafan biasa. Kain kafan berbahan linen ini memiliki panjang 4,36 meter dan lebar 1,10 meter. Kain kafan Turin ini tersimpan di sebuah kapel di Katedral Santo Yohanes Pembaptis di kota Torino, Italia. Namun yang membuatnya istimewa adalah adanya gambar manusia mirip Yesus yang terlihat jelas pada kain tersebut.
Selama berabad-abad sejak pertama kali ditemukan gambar Yesus pada kain kafan tersebut, banyak perdebatan mengenai kebenaran tentang apakah memang benar kain kafan tersebut adalah kain kafan asli yang digunakan oleh Yesus pada masa penyalibannya. Tak terhitung pula pengujian ilmiah yang dilakukan untuk menguak misteri kain kafan Turin ini.
Sejarah Kain Kafan Turin (Shroud of Turin)
Lukisan karya Geovanni Battista della Rovere (abad 16) |
Kain kafan Turin pertama kali diketahui muncul di Lirey, Perancis, pada tahun 1349. Saat itu, kain ini berada di kediaman seorang bangsawan asal Perancis bernama Geoffrey de Charny. Sebelum sampai di Lirey, Perancis, kain ini diketahui berasal dari Yerusalem setelah sebelumnya melewati Konstantinopel dan Edessa, Turki.
Pada tahun 1898, kain kafan ini dipamerkan di Katedral Santo Yohanes Pembaptis di Kota Turin, Italia. Saat pameran itulah, seorang fotografer amatir bernama Secondo Pia diperbolehkan oleh pihak gereja untuk mengambil gambar. Saat itu teknologi pengambilan gambar tentu saja masih sangat sederhana. Sehingga perlu waktu untuk mendapatkan negatif fotonya.
Tanggal 28 Mei 1898 malam harinya, Pia pun mendapatkan hasil negatif foto dari kain yang difotonya di katedral Turin. Namun Pia kaget bukan main saat mendapati pada kain tersebut tercetak citra sebuah wajah manusia yang mirip Yesus. Bukan hanya itu saja, pada citra tersebut ditemukan juga beberapa luka seperti bekas tusukan paku pada bagian tangan dan kaki. Selain itu juga ditemukan luka bekas cambukan pada punggung dan dada serta bagian kepala yang diduga berasal dari mahkota duri.
Sebuah surat kabar Vatikan bernama L'Osservatore Romano pun memberitakan penemuan menggemparkan ini pada 15 Juni 1898. Namun pihak gereja tidak memberikan komentarnya pada penemuan ini selama hampir setengah abad lamanya.
Pengujian Ilmiah dan Berbagai Teori
Kain kafan Turin telah menjadi perdebatan panjang selama berabad-abad. Para ilmuwan, sejarawan, rohaniawan, peneliti, hingga masyarakat awam memperdebatkan mengenai kain yang pada tahun 1939 pernah dilarikan ke Biara Benedictine di Avellino, Campania, Italia dan baru kembali ke Turin tahun 1946 akibat penyerangan Hitler saat itu.
Demi membuktikan mengenai asal usul kain kafan ini, beberapa pengujian ilmiah dan teori-teori yang muncul setelahnya pun dilakukan berbagai lembaga dan para ilmuwan. Ahli kimia dan fisika diterjunkan untuk meneliti berapa usia dari kain tersebut, sementara itu beberapa ahli mikrobiologi dan forensil bekerja meneliti noda darah yang terdapat pada kain.
Namun hingga kini belum ada yang bisa memastikan berapa usia kain tersebut, dan tentu saja misteri gambar yang diduga Yesus yang tercetak jelas di permukaannya. Bagi pihak skeptis, mereka beranggapan bahwa citra Yesus pada kain Turin tak lebih dari sekedar tipuan yang berasal dari abad pertengahan. Pihak skeptis lain menilai bahwa citra pada kain tersebut hanyalah hasil dari reaksi kimia selama berabad-abad.
Namun tentu saja, masih banyak pihak yang tertarik untuk terus melakukan pengujian mengenai kain Turin ini. Bahkan kain ini menjadi salah satu relik peninggalan manusia yang paling banyak melalui proses penelitian dan pengujian.
Dr. Raymond Rogers, seorang analis spektroskopi melakukan tes penanggalan kontemporer. Hasil tes tersebut mendapati bahwa kain kafan Turi berasal dari waktu yang setara dengan saat penyaliban Yesus.
Sementara itu Dr. Max Frei melakukan melakukan sampel serbuk sari yang ditemukan pada kain. Selama masa penelitian tersebut ditemukan 58 macam serbuk sari yang berasal dari Israel, Timur Tengah, dan sisanya berasal dari Perancis dan Italia (di mana Perancis adalah tempat di mana kain tersebut pertama kali ditemukan dan Italia adalah kota tempat penyimpanan kain).
Pada tahun 1988, sebuah studi penanggalan radio karbon dilakukan. Hasilnya kain ini diperkirakan berasal dari tahun antara 1269-1390.
Sebuah investigasi proyek yang dilakukan pada tahun 1978 yang bernama Shroud of Turid Research Project mendapati bahwa noda darah yang terdapat pada kain kafan tersebut berjenis AB dan dimiliki oleh seorang laki-laki.
Pada 19 April 2015 yang lalu, kain kafan Turin dipamerkan kembali kepada publik di Katedral Turin dan merupakan pameran pertamanya dengan masa yang paling lama dan tentu saja menarik minat banyak orang untuk melihatnya dari dekat secara langsung. Entah apakah kain kafan Turin ini memang asli ataukah palsu, namun Shroud of Turin selalu menarik minat siapa pun untuk memecahkan misteri yang menyelimutinya selama berabad-abad.
Pengujian Ilmiah dan Berbagai Teori
Kain kafan Turin telah menjadi perdebatan panjang selama berabad-abad. Para ilmuwan, sejarawan, rohaniawan, peneliti, hingga masyarakat awam memperdebatkan mengenai kain yang pada tahun 1939 pernah dilarikan ke Biara Benedictine di Avellino, Campania, Italia dan baru kembali ke Turin tahun 1946 akibat penyerangan Hitler saat itu.
Demi membuktikan mengenai asal usul kain kafan ini, beberapa pengujian ilmiah dan teori-teori yang muncul setelahnya pun dilakukan berbagai lembaga dan para ilmuwan. Ahli kimia dan fisika diterjunkan untuk meneliti berapa usia dari kain tersebut, sementara itu beberapa ahli mikrobiologi dan forensil bekerja meneliti noda darah yang terdapat pada kain.
Namun hingga kini belum ada yang bisa memastikan berapa usia kain tersebut, dan tentu saja misteri gambar yang diduga Yesus yang tercetak jelas di permukaannya. Bagi pihak skeptis, mereka beranggapan bahwa citra Yesus pada kain Turin tak lebih dari sekedar tipuan yang berasal dari abad pertengahan. Pihak skeptis lain menilai bahwa citra pada kain tersebut hanyalah hasil dari reaksi kimia selama berabad-abad.
Namun tentu saja, masih banyak pihak yang tertarik untuk terus melakukan pengujian mengenai kain Turin ini. Bahkan kain ini menjadi salah satu relik peninggalan manusia yang paling banyak melalui proses penelitian dan pengujian.
Penelitian terhadap Kain Kafan Turin |
Dr. Raymond Rogers, seorang analis spektroskopi melakukan tes penanggalan kontemporer. Hasil tes tersebut mendapati bahwa kain kafan Turi berasal dari waktu yang setara dengan saat penyaliban Yesus.
Sementara itu Dr. Max Frei melakukan melakukan sampel serbuk sari yang ditemukan pada kain. Selama masa penelitian tersebut ditemukan 58 macam serbuk sari yang berasal dari Israel, Timur Tengah, dan sisanya berasal dari Perancis dan Italia (di mana Perancis adalah tempat di mana kain tersebut pertama kali ditemukan dan Italia adalah kota tempat penyimpanan kain).
Pada tahun 1988, sebuah studi penanggalan radio karbon dilakukan. Hasilnya kain ini diperkirakan berasal dari tahun antara 1269-1390.
Sebuah investigasi proyek yang dilakukan pada tahun 1978 yang bernama Shroud of Turid Research Project mendapati bahwa noda darah yang terdapat pada kain kafan tersebut berjenis AB dan dimiliki oleh seorang laki-laki.
Kain kafan Turin (Shroud of Turin) di kapel Katedral Yohanes Pembaptis, Torino, Italia |
Pada 19 April 2015 yang lalu, kain kafan Turin dipamerkan kembali kepada publik di Katedral Turin dan merupakan pameran pertamanya dengan masa yang paling lama dan tentu saja menarik minat banyak orang untuk melihatnya dari dekat secara langsung. Entah apakah kain kafan Turin ini memang asli ataukah palsu, namun Shroud of Turin selalu menarik minat siapa pun untuk memecahkan misteri yang menyelimutinya selama berabad-abad.
Posting Komentar untuk "Misteri Kain Kafan Turin"